Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IMG_9217.jpeg
Pemungutan suara New York Declaration yang sepakati solusi dua negara Palestina di PBB. (UN Photo/Loey Filipe)

Jakarta, FORTUNE - Inggris, Australia, dan Kanada serempak mengumumkan pengakuan resmi terhadap negara Palestina pada hari Minggu (21/9). Langkah diplomatik terkoordinasi itu menandai pergeseran signifikan dalam kebijakan luar negeri Barat, dan dinilai sebagai upaya bersama menghidupkan kembali proses perdamaian dan mendorong realisasi solusi dua negara yang telah lama terhenti.

Langkah bersejarah ini disampaikan melalui pernyataan bersama dari para pemimpin ketiga negara. Mereka menegaskan bahwa pengakuan ini bertujuan memberikan harapan baru bagi penyelesaian konflik Israel-Palestina secara adil dan berkelanjutan. Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, menyatakan kedaulatan Palestina adalah hak yang tidak dapat diganggu gugat.

“Hari ini, demi membangkitkan harapan akan solusi dua negara, saya sebagai perdana menteri menyatakan Inggris secara resmi mengakui negara Palestine,” ujarnya dalam pesan video, dikutip dari Associated Press. “Kami mengakui negara Israel lebih dari 75 tahun lalu sebagai negeri bangsa Yahudi. Kini kami bergabung dengan 150 negara lain yang juga mengakui negara Palestina.”

Senada dengan itu, Perdana Menteri Kanada, Mark Carney, menekankan bahwa langkah ini penting demi mencapai perdamaian jangka panjang.

"[Kanada] mengakui negara Palestina dan menawarkan kemitraan dalam membangun janji akan masa depan damai bagi Palestina dan Israel," demikian pernyataannya pada platform media sosial X.

Sementara itu, Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, menggarisbawahi pentingnya keamanan bagi kedua belah pihak. Dalam sebuah pernyataan bersama, dia mengatakan "Australia mengakui legitimasi dan aspirasi bangsa Palestina untuk memiliki negara sendiri."

Keputusan trilateral ini langsung menuai kecaman keras dari Israel. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyebut pengakuan tersebut akan menjauhkan prospek perdamaian.

"[Pengakuan] itu akan membahayakan keberadaan kami, dan memberikan tempat bagi terorisme," kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Le Monde.

Editorial Team