Ilustrasi petani di sawah (unsplash.com/Shayan)
Di Malaysia, kelangkaan beras lokal memicu kepanikan di masyarakat. Pasokan yang menipis menyebabkan lonjakan harga, sementara harga beras impor yang lebih tinggi makin membebani rakyat.
Selain itu, gelombang protes dari warga Malaysia terus meningkat di media sosial. Para warga menuntut tindakan nyata dari pemerintah untuk mengatasi krisis ini serta mengurangi ketergantungan pada beras impor.
“Kondisi di Malaysia menunjukkan bahwa terganggunya stok pangan bisa berakibat pada keresahan sosial. Pangan bukan sekadar kebutuhan, tetapi juga faktor stabilitas negara,” jelas Amran.
Sementara itu, Filipina sudah menetapkan status darurat ketahanan pangan sejak awal Februari 2025 seusai inflasi beras mencapai 24,4%—angka tertinggi dalam 15 tahun terakhir.
“Negara yang bergantung pada impor beras seperti Filipina dan Malaysia sangat rentan ketika pasokan global terganggu. Ini menjadi pelajaran berharga bahwa ketergantungan pada impor bukanlah solusi jangka panjang. Indonesia harus memperkuat produksi dalam negeri,” tegas Amran.
Di samping itu, Badan Pangan Dunia (Food and Agriculture Organization/FAO) melaporkan bahwa lebih dari 864 juta orang di dunia mengalami kerawanan pangan parah pada 2024, dengan Asia dan Afrika sebagai wilayah terdampak utama. Perubahan iklim, konflik, dan ketidakstabilan ekonomi disebut sebagai pemicu utama.
“Ini bukan sekadar peringatan, tapi bukti nyata bahwa pangan adalah isu strategis. Indonesia harus memastikan ketahanan pangan sejak sekarang,” tutur Amran.