Jakarta, FORTUNE - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui bahwa misi perdamaian yang ia bawa dalam kunjungan ke Rusia dan Ukraina akhir Juni lalu tak berjalan mulus. Pasalnya, menjembatani dialog antara dua pimpinan negara tersebut saja sangat sulit.
Kesimpulan itu ia ungkap saat berpidato dalam pembukaan Sarasehan 100 Ekonom Indonesia "Normalisasi Kebijakan Menuju Pemulihan Ekonomi Indonesia", yang ditayangkan secara virtual Rabu (7/9).
"Jangan berharap perang itu besok atau bulan depan selesai. Sangat tidak mudah. Kita mendorong agar terjadi saja, dialog saja, menyiapkan ruang dialog saja sangat sulit sekali," ujarnya.
Padahal, dua kepala negara yang saling bertikai tersebut menyambutnya dengan hangat. Dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy ia mengaku berdialog selama hingga 1,5 jam. Sementara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, ia berdialog hingga 2,5 jam dengan jarak jarak sangat dekat--hal yang ia anggap menandakan adanya kepercayaan besar terhadap Indonesia.
"Dengan presiden Putin (berdialog) 2,5 jam. Tapi dengan kursi dekat, diterima tidak dengan jarak dengan 5 meter, kalau saya diterima saat itu dengan jarak 5 meter saya tinggal pulang. Diterima kayak gitu ada yang mau, kalau saya enggak mau," tuturnya.
"Saya menyimpulkan dari diskusi-diskusi, bicara-bicara yang terakhir ketemu dua presiden tadi saya simpulkan bahwa keadaan ini akan berjalan masih lama lagi," jelasnya.