Warga berpose menampilkan busananya di atas zebra cross di kawasan Dukuh Atas, Jakarta, Sabtu (23/7). (ANTARAFOTO/Hafidz Mubarak )
Citayam Fashion Week telah menjelma sebagai fenomena sosial yang populer dengan sangat cepat di masyarakat. Media sosial seperti TikTok dan Instagram menjadi alasannya, dan keberadaan komunitas-komunitas yang tergabung dalam kegiatan ini tak jarang menimbulkan pro dan kontra di tengah masyarakat.
Istilah Citayam Fashion Week muncul sejak sekelompok anak muda sengaja berkumpul dan nongkrong di kawasan Dukuh Atas, Sudirman, Jakarta Pusat. Umumnya, mereka datang dari berbagai daerah, seperti Citayam, Bojonggede, Depok, dan sekitarnya dengan transportasi kereta listrik (KRL)–yang berada di sekitar dengan lokasi.
Berdasarkan asal mereka itulah, warga net menjadikannya sebuah nama Citayam Fashion Week, mungkin terinspirasi Paris Fashion Week.
Mereka yang rata-rata masih berusia belia, berkumpul dengan busana yang beragam dan menunjukkan keunikan masing-masing. Bahkan, mereka tak ragu saling beradu gaya. Ikon-ikon fenomena ini pun bermunculan. Nama-nama seperti Jeje, Bonge, Roy sampai Kurma, tiba-tiba melesat dan terkenal di berbagai media.
Tak disangka, viralitas fenomena ini ditanggapi oleh banyak pihak. Tak Cuma warga net biasa, namun pejabat publik sekelas Ridwan Kamil sampai mencoba catwalk di Taman Dukuh Atas, Menteri Sandiaga Uno menjanjikan beasiswa bagi para ikon Citayam Fashion Week.
Istilah ini pun kian populer bahkan memicu pro-kontra, setelah selebritis Baim Wong belum lama ini mendaftarkan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) Citayam Fashion Week.