Jokowi Ungkap Peredaran Uang di Sektor Riil Seret

Jakarta, FORTUNE - Presiden Joko Widodo mengungkapkan kekhawatirannya akan seretnya penyaluran kredit dan berkurangnya peredaran uang di sektor riil ketika memberikan sambutan dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia, Rabu (30/11).
"Saya mendengar dari para pelaku usaha, kelihatannya kok peredaran uangnya makin kering. Pelaku-pelaku usaha, jangan-jangan terlalu banyak yang dipakai membeli SBN. Atau terlalu banyak yang dipakai membeli SVBI. Sehingga yang masuk ke sektor riil menjadi berkurang," ujarnya.
Kekhawatiran Presiden Jokowi ihwal seretnya peredaran uang tersebut juga disebabkan oleh masih rendahnya realisasi belanja pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah.
"Kita cek. Realisasi belanja pemerintah daerah, kalau ada gubernur, bupati, walikota, realisasi belanja pemerintah daerah padahal tinggal tiga minggu [pada 2023] itu masih di angka 64 persen. Pemerintah pusat juga masih di angka 76 persen," katanya.
Karena itu, dia kerap meminta informasi kepada Menteri Keuangan mengenai berbagai hambatan yang ditemui di lapangan. Pasalnya, rendahnya penyaluran kredit dan belanja dapat berdampak pada penurunan konsumsi dan menahan pertumbuhan ekonomi.
"Hal-hal seperti ini hampir tiap hari selalu saya ikuti dan saya telepon, tapi enggak telepon pak gubernur nanti intervensi. Menteri Keuangan pasti saya telepon kondisinya seperti apa sebetulnya. Kembali lagi, pertumbuhan ekonomi kita terjaga di kisaran lima persen. Saya mengajak seluruh perbankan memang harus prudent, memang harus hati-hati, tetapi tolong lebih didorong lagi kreditnya terutama bagi UMKM," katanya.