Jakarta, FORTUNE - Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) dan European Union’s Copernicus Climate Change Service (C3S) menyatakan bahwa suhu panas yang tercatat pada Juli 2023 telah melampaui rekor dunia.
Gelombang panas melanda tiga kawasan—Amerika Utara, Eropa, dan Asia— sepanjang bulan ini sehingga para peneliti mengatakan rekor panas dimaksud tidak dapat dihindarkan.
Gelombang panas yang terjadi sepanjang Juli di sebelah Barat Daya Amerika Serikat tidak menunjukkan tanda-tanda mereda pada akhir minggu lalu, mengindikasikan adanya pergeseran gelombang panas ke wilayah lain yang berdampak pad alebih dari 128 juta orang AS.
"Pada dasarnya hampir pasti kita akan memecahkan rekor Juli terhangat dalam catatan [sejarah] dan bulan terhangat dalam catatan [sejarah]," kata Direktur Copernicus, Carlo Buontempo, kepada The Associated Press yang dilansir PBS.org, Senin (31/7).
Biasanya, rata-rata suhu global untuk Juli mencapai 16 derajat celsius. Namun, pada Juli tahun ini, rata-rata suhu global hampir mencapai 17 derajat celsius. Dibandingkan dengan Juli 2019 yang sempat tercatat sebagai yang terpanas berdasarkan pencatatan selama 174 tahun, suhu rata-rata pada Juli tahun ini lebih hangat 0,2 derajat Celsius. Copernicus menghitung, selama 23 hari pertama Juli, suhu Bumi rata-rata mencapai 16,95 derajat Celsius.