Jakarta, FORTUNE – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) meminta Amerika Serikat (AS) untuk lebih adil dalam memberikan subsidi hijau bagi mineral untuk kendaraan listrik.
Ketua Umum Kadin, Arsjad Rasjid, menyatakan keprihatinannya atas ‘pengucilan’ terhadap mineral kritis Indonesia dari paket subsidi Amerika Serikat untuk teknologi hijau. Dia mengatakan Indonesia tengah bekerja sama dengan perusahaan multinasional untuk membangun rantai pasokan nikel terpisah untuk Cina dan non-Cina.
"Indonesia adalah teman bagi Cina dan negara Barat. Kami menyediakan mineral penting bagi Cina, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Kami berupaya memastikan memiliki portofolio inklusif baik Cina maupun non-China dalam sektor pertambangan nikel guna mencapai kesepakatan perdagangan yang adil dan saling menguntungkan,” kata Arsjad dalam keterangan pers, Selasa (4/4).
Pemerintah AS bakal menerbitkan pedoman kredit pajak bagi produsen baterai dan kendaraan listrik (EV) di bawah Undang-Undang Pengurangan Inflasi dalam beberapa minggu ke depan. Undang-undang ini mencakup US$370 miliar dalam subsidi untuk teknologi energi bersih.
Namun, baterai yang mengandung komponen sumber Indonesia dikhawatirkan tetap tidak memenuhi syarat untuk kredit pajak Inflation Reduction Rate (IRA) secara penuh, karena Indonesia belum memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan AS dan dominasi perusahaan Cina dalam industri nikel.