Dubes RI untuk Jepang Heri Akhmadi dalam webinar Penguatan Sektor UMKM dalam Upaya Pemulihan Ekonomi Pasca Pandemi, Jumat (22/1), mengatakan UMKM merupakan tulang punggung perekonomian nasional, yang berkontribusi 61 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan menyerap angkatan kerja sebanyak 120 juta.
"UMKM Indonesia harus mempelajari syarat ekspor-impor, aturan standar, serta tren dan karakteristik produk yang berpotensi di Jepang. Pelaku UMKM harus berinovasi dan merespon perubahan perilaku konsumen yang telah beralih dari pasar konvensional ke pasar digital," katanya dalam keterangan pers, Minggu (24/1).
Menurut Heri Akhmadi, adalah pelaku UMKM agar memanfaatkan peluang dari perjanjian perdagangan dan investasi kedua negara yang akan semakin terbuka. Dalam hal ini adalah Indonesian Japan Economic Partnership Agreement atau IJEPA yang sudah dalam tahap finalisasi menjadi IJEPA jilid dua.
"Dalam perjanjian IJEPA, lebih dari 80 persen yang masuk dalam pos tarif Jepang menikmati tarif nol persen, contohnya produk kayu, ikan olahan, alas kaki, tekstil, perhiasan, furnitur, dan lain-lain," ujarnya.
"Pemerintah Indonesia juga telah mendirikan Free Trade Agreement Center di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan dan Makassar. FTA Center tersebut bertujuan membantu UMKM untuk memperoleh informasi, jasa konsultasi dan advokasi," katanya, menambahkan.
Wakil Duta Besar RI untuk Jepang Tri Purnajaya dalam paparannya mengatakan, pelaku UMKM Indonesia harus mulai berpikir untuk pasar global. "Mindset UMKM Indonesia masih dengan pasar dalam negeri. Banyak peluang di Jepang. Mulai dari makanan halal, furnitur hingga produk pertanian. Perlu diperhatikan standar ekspor impor Jepang dan kualitas kontrol," katanya.
Sementara itu, Staf Khusus Menteri Koperasi & UKM, M.Riza Damanik menjelaskan, Kementerian Koperasi dan UKM optimistis kontribusi ekspor UMKM akan meningkat menjadi 15,12 persen pada 2021. Bahkan target tersebut menurutnya akan ditingkatkan pada 2024 menjadi 21,60 persen.
"Saat ini ekspor UMKM hanya berkisar 14,37 persen, tapi kita optimis akan ada peningkatan signifikan hingga 2024," ujarnya.