Jakarta, FORTUNE - Kementerian Perdagangan (Kemendag) mendorong para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sektor pangan untuk melakukan standarisasi kemasan produk. Langkah strategis ini diyakini menjadi kunci meningkatkan daya saing produk lokal agar mampu menembus pasar ritel modern dan bersaing di panggung global.
Menteri Perdagangan (Mendag), Budi Santoso, menyatakan perbaikan kemasan dan branding merupakan syarat mutlak agar produk UMKM diterima pasar internasional. Ia menyebutkan nilai transaksi ekspor yang potensial terus meningkat.
“Sekarang itu Januari–Juni 2025 transaksinya sudah sekitar US$90,04 juta atau sekitar Rp1,4 triliun. Produk yang ada ini kita standarisasi, kita buat desainnya, branding-nya, biar diterima di pasar global. Kalau sudah diterima di ritel modern, nanti ikut program UMKM Bisa Ekspor,” ujar Budi dalam acara Peluncuran Program Penguatan Branding dan Kemasan bagi UMKM Produk Pangan, di Jakarta, Rabu (20/8).
Budi mencontohkan, kelemahan utama produk UMKM dalam negeri sering kali terletak pada kemasan yang kurang menarik. Pengalaman di Taiwan membuktikan bagaimana penjualan kopi luwak Indonesia melonjak tiga kali lipat setelah kemasannya diperbarui, meski kualitas rasa produknya sudah diakui sejak awal.
“Packaging kita memang masih kurang bagus. Padahal di banyak negara seperti Taiwan, Korea Selatan, dan Jepang, kemasan menjadi faktor utama keputusan konsumen,” ujarnya.
Sebagai solusi, Kemendag meluncurkan program penguatan branding yang tahun ini menyasar 300 UMKM terkurasi dari Jabodetabek. Sekretaris Jenderal Kemendag, Isy Karim, menjelaskan bahwa 15 UMKM terbaik akan mendapat pendampingan intensif hingga penyusunan branding book.
“Mereka akan dibekali pengetahuan tentang brand positioning, karakter merek, komunikasi, identitas visual, logo, desain kemasan, hingga media promosi,” kata Isy.
Upaya ini didukung penuh oleh Himpunan Peritel & Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo). Ketua Umum Hippindo, Budihardjo Iduansjah, menegaskan kesiapan ritel modern untuk menyerap produk UMKM yang telah terkurasi, baik untuk pasar domestik maupun untuk disalurkan ke jaringan ritel di luar negeri.
“Untuk ekspor, peritel modern yang memiliki cabang di luar negeri membuka peluang bagi UMKM Indonesia memasok produk ke Korea Selatan, Vietnam, dan Malaysia. Hippindo mendukung penuh program ini karena dengan kurasi produk yang baik, UMKM bisa menciptakan lapangan kerja baru,” ujar Budihardjo.
Program ini merupakan kelanjutan dari inisiatif sebelumnya. Tahun lalu, sejumlah UMKM binaan berhasil masuk ke Hero Supermarket, toko oleh-oleh di Bandara Soekarno-Hatta, dan gerai ritel modern lainnya.