Jakarta, FORTUNE - Kepala Badan Perlengkapan dan Pengembangan Perdagangan pada Kementerian Perdagangan (Kemendag), Kasan, mengatakan harga minyak goreng di Malaysia lebih murah ketimbang Indonesia mendapatkan subsidi.
“Ini memang terjadi seperti di Malaysia itu minyak goreng disubsidi,” kata dia saat bincang bertajuk Atur Ulang Tata Kelola Industri Sawit secara virtual, Rabu (8/6).
Malaysia menggelontorkan subsidi minyak dengan sistem Cooking Oil Stabilization Scheme (COSS) senilai RM2,5 atau setara Rp8.500 per kilogram. Harga tersebut jelas lebih rendah daripada harga pasaran di Indonesia saat ini.
Namun, minyak goreng subsidi tersebut tidak ditujukan untuk masyarakat umum, tapi mengincar kalangan berpenghasilan rendah.
Bagi yang tidak mendapatkan subsidi seperti restoran, harga minyak gorengnya RM27,9 atau sekitar Rp95.000 per lima kilogram.
Kasan menjelaskan pula bahwa tingginya harga minyak mentah kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) merupakan imbas dari harga CPO global yang sedang tinggi menyusul terjadinya hukum penawaran dan permintaan.
“Kalau demand tidak ada, maka tidak akan harga naik atau tinggi. Ini juga mungkin itu tergantung dari perilaku konsumsi dari pengonsumsi minyak goreng sawit,” ujarnya.
Di dunia, kata Kasan, minyak goreng nabati juga bisa berasal dari jagung, biji bunga matahari, atau kedelai. Sehingga antara jenis minyak goreng itu akan saling melakukan substitusi. Menurutnya, orang-orang akan berpikir rasional ketika salah satu jenisnya mengalami kenaikan harga. “Sebaliknya, kalau dia lebih banyak konsumsi substitusinya, maka satunya tidak laku dan harganya akan murah,” katanya.
Indonesia sempat menerapkan subsidi minyak goreng untuk jenis curah demi memberikan harga yang lebih terjangkau yakni Rp14 ribu per liter atau Rp15.500 per kilogram.