Jakarta, FORTUNE - Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, Isa Rachmatarwata, mengatakan pemerintah telah meminta Pertamina dan PLN untuk mengendalikan konsumsi BBM dan listrik bersubsidi.
Hal ini diperlukan untuk menjaga kuota subsidi yang telah ditetapkan dalam APBN, baik untuk BBM maupun listrik.
"Kami terus mencermati hal tersebut karena memang ada potensi untuk [kuota subsidi jebol]," ujarnya dalam konferensi pers APBN KiTA, Jumat (11/8).
Kendati demikian, menurut Isa, kelebihan kuota BBM maupun listrik subsidi yang diprediksi pemerintah diperkirakan belum berdampak terhadap APBN. Sebab, harga minyak mentah maupun bahan baku untuk produksi listrik masih di bawah asumsi yang ditetapkan pemerintah tahun ini.
Dalam catatan Kementerian Keuangan, misalnya, harga minyak mentah US$75,06 per barel (eop)—melanjutkan tren penurunan dari tahun lalu—di bawah asumsi makro APBN yang sebesar US$90 per barel (eop).
"Kami ingin mengajak semua pihak untuk tetap menjaga agar konsumsi BBM bersubsidi listrik yang disubsidi juga LPG untuk bisa kita kendalikan bersama dan tidak melampaui kuota yang sudah ditetapkan," kata Isa.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani menuturkan bahwa pemerintah telah menyalurkan subsidi dan kompensasi listrik kepada PLN sebesar Rp48,5 triliun (Rp6,9 triliun per bulan) untuk 39,2 juta rumah tangga per 31 Juli 2023.
Kemudian, realisasi subsidi dan kompensasi BBM mencapai Rp59,7 triliun (Rp8,5 triliun per bulan) untuk 8.654,2 ribu KL; serta subsidi dan kompensasi gas mencapai Rp37,7 triliun (Rp5,4 triliun per bulan) untuk 4,0 juta metrik ton.