Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Ilustrasi ekosistem EBT. (Pixabay/Akitada31)

Jakarta, FORTUNE – Pengembangan energi bersih diperkirakan membutuhkan investasi Rp30 triliun pada 2050. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong peningkatan investasi enerhi bersih, serta mengatur aspek pendanaannya.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konversi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, mengatakan berbagai upaya dilakukan untuk mewujudkan transisi energi. 

“Kita harus meningkatkan investasi energi bersih dan aliran keuangan melalui penguatan alur proyek, meningkatkan kerangka kebijakan dan peraturan, termasuk mekanisme pengurangan risiko, memperbaiki proyek berkualitas tinggi, bankable, dan merampingkan perjanjian,” kata Dadan seperti dikutip dari Antaranews, Selasa (28/6).

Kementerian ESDM bekerja aktif mengembangkan berbagai konsep pembiayaan untuk mempercepat transisi energi. Oleh sebab itu, diperlukan berbagai fasilitas manajemen risiko pengembangan pengembangan proyek energi baru terbarukan dan kebijakan yang memungkinkan adanya skema pembiayaan inovatif.

Kolaborasi

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana. (dok. Kementerian ESDM)

Pemanfaatan energi bersih, kata Dadan, membutuhkan biaya besar, terutama untuk operasional, bahan bakar, dan pemeliharaan. Meski begitu, melalui kolaborasi dan pembuatan instrumen pembiayaan yang cukup, energi bersih dapat terwujud dan penerapan target emisi nol bersih bisa segera tercapai.

“Saya sangat yakun bahwa kita bisa berkolaborasi, bagian saya dalam Kementerian ESDM menyediakan proyek-proyeknya, sedangkan dari Kementerian Keuangan dalam hal pembiayaan,” ujar Dadan.

Pemerintah Indonesia memiliki target penurunan emisi gas rumah kaca sampai 31,89 persen terhadap business as usual pada tahun 20230 dan emisi nol karbon (Net Zero Emission/NZE) pada 2060.

Blended finance

Editorial Team

Tonton lebih seru di