Jakarta, FORTUNE - Evakuasi yang terjadi tanpa kesalahan dalam peristiwa kebakaran yang menimpa pesawat Japan Airlines kemarin mendapat decak kagum dunia. Seluruh penumpang yang berjumlah 379 orang selamat, tepat sebelum pesawat yang merak tumpangi dilalap api di landasan Bandara Haneda, Jepang, Selasa (2/1).
Pesawat dengan nomor penerbangan JL-516 itu berubah menjadi bola api setelah bertabrakan dengan pesawat penjaga pantai yang mengangkut bantuan korban gempa ketika mendarat. Bagi mereka yang berada di pesawat kecil itu, yang ada hanyalah nasib malang. Sebab, lima dari enam orang yang berada di dalamnya tewas.
Direktur Fire Safety Engineering Group di Universitas Greenwich, Ed Galea, membagikan pandangannya mengenai bagaimana para penumpang Japan Airlines dapat selamat dari maut. Dalam pemantauannya, dia tidak melihat satu penumpang pun membawa barang bawaan yang tersimpan di kabin ketika evakuasi berlangsung.
“Jika ada orang yang mencoba membawa barang bawaan kabinnya, hal itu sangat berbahaya karena akan memperlambat evakuasi,” kata dia kepada kepada BBC, Rabu (3/1).
Padahal, Galea mengatakan pesawat Airbus A350 itu berada di lokasi kurang ideal, dan seharusnya menyulitkan evakuasi. Tiga perosotan darurat tidak terpasang dengan benar, dengan tingkat kemiringan yang sangat curam.
Selama evakuasi, sistem pengumuman pesawat pun tidak berfungsi, sehingga awak pesawat harus menyampaikan instruksi dengan megafon serta teriakan, demikian keterangan dari Japan Airlines.
Seorang penumpang mengalami memar, dan 13 lainnya meminta konsultasi medis karena ketidaknyamanan fisik.
Pesawat Japan Airlines berangkat dari bandara New Chitose, Sapporo, pada pukul 16:00 waktu setempat dan mendarat di Haneda sesaat sebelum pukul 18:00. Pesawat penjaga pantai yang lebih kecil yang terlibat tabrakan dengannya dijadwalkan mengirimkan bantuan kepada para korban gempa bumi dahsyat sehari sebelumnya.