Kepemilikan Asing di SBN Ritel Turun, Jumlah Investor Milenial Naik

Jakarta, FORTUNE - Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Luky Afirman mengungkap sejumlah fenomena menarik dalam kepemilikan surat berharga negara (SBN) selama pandemi Covid-19. Beberapa di antaranya adalah turunnya porsi kepemilikan asing serta kian ramainya jumlah investor milenial di pasar SBN ritel.
Sebelum pandemi, kata Lucky, jumlah investor non residen atau asing yang menggenggam SBN bisa mencapai di atas 40 persen. Namun, kini jumlahnya tersebut terpangkas hingga setengahnya. "Sekarang tinggal 20 persen, 19,9 persen bahkan," ujarnya dalam media briefing Strategi Pembiayaan APBN Tahun 2022, Senin (14/12).
Di sisi lain, terjadi peningkatan signifikan pada jumlah investor milenial. Meski nilai SBN yang dimiliki mereka tak sebesar generasi pendahulunya yakni baby boomers, namun fenomena ini dapat dibaca sebagai sinyal positif.
"Jadi suplai dan demand. demand-nya di investor meningkat terus dan kami telah sampaikan pembeli utama dari SBN ritel kita adalah generasi milenial. Rata-rata 40 persen pembeli SBN ritel kita milenial. Ini sangat positif," jelasnya
Meski demikian, Luky tak memungkiri bahwa pandemi turut mendorong dominasi investor milenial di Indonesia. Pasalnya, ketika pandemi, pemerintah melakukan pembatasan mobilitas dan aktivitas kepada masyarakat.
"Sebagian masyarakat yang konsumtif, suka ke kafe, travel lah, tidak bisa. Mereka jadi punya tambahan (tabungan), terlihat DPK di bank juga naik terus, tumbuh dua digit, masyarakat juga tumbuh kesadarannya untuk dana darurat. Jadi ada lonjakan (pembelian SBN ritel) di 2020 dari Rp50 triliun menjadi Rp77 triliun, lalu di 2021 sampai Rp97 triliun," jelasnya.