Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati. (dok. Pertamina)

Jakarta, FORTUNE - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan kenaikan harga minyak dunia tak sepenuhnya merugikan perusahaan.

"Pertamina sebagai integrated energy company hulu ke hilir ini kita melihatnya seperti subsidi silang. Tahun 2021 kinerja Pertamina ini ditopang dari hulu karena hilirnya negatif. Alhamdulillah kita masih positif," ujarnya di Komisi VI DPR, Rabu (6/7).

Menurut Nicke, kenaikan harga minyak dunia dan kenaikan harga produk adalah berita baik bagi usaha di sektor hulu. Pasalnya, harga jual minyak mentah yang dihasilkan perusahaan juga ikut naik. 

Demikian pula untuk bisnis kilang, yang memproduksi minyak mentah untuk diolah menjadi BBM.  Dengan kenaikan harga minyak mentah, crack spread— perbedaan harga keseluruhan antara satu barel minyak mentah dan produk minyak bumi yang dimurnikan—juga meningkat.

"Ini juga good news karena selisih minyak mentah dan BBM yang selama ini kisarannya US$4 sampai US$6 hari ini crack spread sudah US$32-36. Malah sebulan lalu sempat ke angka US$52. Jadi sebenarnya bagi kilang ini adalah good opportunity karena bisa meningkatkan revenue-nya," tuturnya.

Sebaliknya, bagi bisnis hilir Pertamina, kenaikan harga minyak dunia akan sangat menekan margin dan berdampak negatif terhadap laba perseron. Sebab harga pokok penjualan (HPP/cost of good sold) BBM sangat bergantung pada harga minyak mentah dunia. 

"Ini akan sangat tinggi berdampaknya, karena 93 persen dari cost of good sold BBM kita adalah minyak mentah," jelasnya.

Produksi Hulu Ditingkatkan

Editorial Team