Hari pertama dibuka oleh Nadya Ardianti, Chief Client Officer, Kantar Indonesia yang menyajikan data bahwa Covid-19 mempengaruhi perubahan di Indonesia dalam hal demografi, kebutuhan, pemilihan merek serta gaya hidup. Saat ini, dengan banyaknya dan mudahnya berpromosi di social media, awareness merek lokal jadi semakin tinggi, sehingga para konsumen di Indonesia sudah mulai beralih ke merek-merek lokal.
Kolaborasi antar merek juga semakin tinggi setelah pandemi ini berlangsung, hal itu dibahas pada sesi ‘The Power of Collaboration’. Kolaborasi merek ini tidak selalu harus dilihat dari sisi komersial, tetapi sebaliknya mitra dapat bekerja sama untuk mencapai visi bersama sehingga dapat meningkatkan interaksi dan kepercayaan masyarakat terhadap merek yang berkolaborasi tersebut.
‘New Normal in Banking’ juga menjadi sesi yang menarik karena Armand Hartono, Deputy President Director BCA menjelaskan bagaimana BCA mendigitalisasi prosesnya, seiring dengan gaya hidup digital yang semakin tinggi sehingga BCA tetap memberikan layanan yang better, cheaper, faster dan safer.
Salah satu bisnis yang berkembang akibat pandemi juga dibahas pada ICON2022 yaitu Cloud Kitchen. Bersama Abraham Viktor, Co-founder & CEO Hangry, David Soong, Founder Boga Group dan dimoderatori oleh Troy Fridatama, Director of Sales & Marketing Forbes Indonesia membahas bagaimana cloud kitchen masih bisa relevan di kondisi new normal seperti saat ini dan bagaimana suatu brand bisa berkembang walau tanpa kehadiran physical store.
Salah satu new economy yang juga dibahas di ICON2022 adalah ‘Web 3.0 and Why Does It Matter?’ yang dijelaskan oleh Akshi Federici, General Partner di dhiCap menerangkan bahwa web 3.0 membuka jalan bagi internet baru, dengan pertukaran informasi dan nilai dan dengan teknologi sekarang yang jauh lebih baik, dapat mengubah Web 3.0 dari tahap spekulasi menjadi diadopsi ke model bisnis yang benar-benar baru, struktur organisasi, dan pengalaman tanpa batas untuk diadopsi secara massal.
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil bahkan turut hadir secara virtual dari perjalanan dinasnya di Bali untuk memberikan paparan mengenai ‘Smart City’ yang membuat suatu reformasi di bidang birokrasi dimana transparansi informasi dapat diakses oleh semua pihak. Smart City ini juga tidak hanya bisa dilaksanakan di kota besar tetapi juga di pedesaan seperti para petani bisa memanfaatkan teknologi untuk memantau perkembangan hasil taninya. Dan tentunya infrastruktur yang dipersiapkan untuk menyongsong perkembangan kendaraan listrik demi lingkungan yang lebih baik.
Hari pertama ditutup oleh Martin Lindstrom, World's top 50 business thinkers. Martin membawakan topik ‘After COVID-19: Rethink Consumer = Rethink Business’ bahwa hubungan human to human sangat diperlukan dalam perusahaan yang bergerak di bidang B2C maupun B2B dimana empathy menjadi suatu common sense karena konsumen tidak akan pernah lupa bagaimana suatu perusahaan memberikan rasa nyaman untuk mereka, bukan hanya sekedar dari tindakan maupun perkataan.