Jakarta, FORTUNE – Iran telah mengirimkan rudal-rudalnya ke Israel pada Sabtu pekan lalu sebagai respons atas serangan Israel terhadap kantor konsulatnya di Damaskus, Suriah.
Serangan Iran ke Israel menjadi yang pertama dalam beberapa dekade belakangan meskipun kedua negara telah lama pula terlibat dalam perselisihan tajam.
Menilai dampak serangan tersebut, ekonom senior dan Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Mari Elka Pangestu, mengatakan perekonomian Indonesia berpotensi terkena pengaruh.
Saat ini, yang perlu diamati dengan saksama adalah bagaimana Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu, menanggapi serangan tersebut, dan apakah akan terjadi serangan balasan.
"Perkiraannya, eskalasinya kemungkinan rendah karena tidak ada yang mau terjadi eskalasi yang akan merugikan, termasuk ke Amerika, karena akan ada banyak sumber daya yang harus dikeluarkan, terlebih tahun ini juga tahun pemilihan umum di AS," kata dia dalam diskusi virtual Eisenhower Fellowships Indonesia Alumni Chapter x IDN Times, Senin (15/4).
Salah satu kemungkinan dampak ekonomi dari konflik tersebut adalah, kata Mari, kenaikan harga minyak dunia. Dan dalam konteks harga minyak, Presiden AS Joe Biden diperkirakan akan mengenakan sanksi terhadap minyak dari Iran.
Saat ini Iran memproduksi 3 juta barel minyak per hari, dan mengekspor 1 juta barel per hari. Jika terjadi sanksi, akan ada supply shock di samping pengurangan produksi dari OPEC, dan di sisi lain permintaan juga sedang mengalami peningkatan.
"Inflasi yang naik akan menghambat pemulihan ekonomi AS, suku bunga susah turun, dolar AS akan menguat dan harga emas akan naik," ujarnya.