Jakarta, FORTUNE - Isu pahit menerpa Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan jelang masa pelaporan SPT Tahunan. Harta kekayaan sejumlah pegawai instansi tersebut, termasuk Suryo Utomo selaku Direktur Jenderal Pajak, mendapat sorotan tajam masyarakat di media sosial.
Pangkal masalahnya adalah kasus penganiayaan Cristalino David Ozora oleh Mario Dandy Satrio. Mario belakangan dikenali sebagai anak dari Rafael Alun Trisambodo, Kepala Bagian Umum Kantor Wilayah (Kanwil) DJP Jakarta II. Sementara David merupakan anak dari pengurus GP Ansor, sayap pemuda Nahdlatul Ulama.
Di media sosial, perilaku Mario yang kerap pamer kekayaan—antara lain berkendara dengan mobil Rubicon dan motor Harley Davidson—disangkutpautkan dengan ketidakwajaran jumlah harta ayahnya.
Pasalnya, dalam laman laporan harta kekayaan pejabat negara (LHKPN) milik KPK, Rafael tercatat memiliki harta Rp56 miliar. Harta itu dianggap tidak wajar bagi seorang pebagai pejabat eselon III seperti Rafael. Apalagi, laporan LHKPN itu belum mencantumkan daftar kendaraan mewah yang digunakan anaknya.
Tak ayal, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, yang tengah berada di Bangalore, India, sampai harus menggelar konferensi pers atas kekayaan Rafael.
Namun, bukannya mereda, respons publik atas kasus ini terus berguling seperti bola salju. Satu per satu kekayaan pejabat Kemenkeu, tidak terbatas pada Direktorat Jenderal Pajak, mulai dipertanyakan. Termasuk pula yang dimiliki staf khusus Menteri Keuangan Sri Mulyani, Yustinus Prastowo.
Bagaimana langkah "sat-set" Sri Mulyani merespon situasi yang berpotensi menggerus kepercayaan publik terhadap institusi pajak tersebut? Berikut daftarnya: