Jakarta, FORTUNE - Harga kacang kedelai impor dalam beberapa pekan terakhir terus meroket. Dari yang semula hanya sekitar Rp8000 per kilogram, kini mencapai Rp11.240 per kilogram. Kondisi ini membuat para perajin tahu dan tempe menjerit karena sudah tak mampu lagi bertahan dan terancam gulung tikar.
Koordinator Nasional Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) Said Abdullah menilai lonjakan harga kedelai di dalam negeri diakibatkan oleh tata niaga yang buruk sejak lama.
“Kita sangat tergantung impor, jadi harganya mudah banget fluktuatif. Sebenarnya kita sudah masuk dalam situasi yang sulit, hampir 90 persen kebutuhan kedelai dari impor,” kata dia kepada Fortune Indonesia, Senin (21/2).
Kendati salah satu penyebabnya adalah meningkatnya permintaan kedelai dari Tiongkok, Said menilai pemerintah tidak serius mengatur tata kelola kedelai domestik.
Perum Bulog, yang mendapatkan tugas menjaga ketersedian stok kedelai dalam negeri, kata Said, tak bisa berbuat banyak. Sebab, simpanan Bulog pun terbatas. “Jadi, barang (kedelai) diatur sepenuhnya oleh pasar, dan importir makin hari makin banyak. Mereka punya kuasa atas distribusi dan pengelolaannya,” ujarnya.