NEWS

Inflasi Naik Bikin Perusahaan AS Membidik Konsumen Kaya

Tidak lagi berminat memberikan diskon khusus.

Inflasi Naik Bikin Perusahaan AS Membidik Konsumen KayaWarga memakai payung sambil menyebrangi jalan di New York, Amerika Serikat, Selasa (26/10/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Caitlin Ochs/aww/cfo
03 April 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Perusahaan di Amerika Serikat mulai beradaptasi dengan tingkat inflasi yang membubung tinggi. Sebagai langkah penyesuaian bisnis, saat ini tidak sedikit korporasi mulai menargetkan konsumen dari golongan kaya karena diyakini tidak terdampak oleh kenaikan harga barang dan jasa.

Menurut Fortune.com, Minggu (2/4), peritel dan perusahaan produk konsumen memiliki keyakinan tinggi untuk menaikkan harga di tengah kondisi perekonomian yang tidak menentu.

Namun, seiring tekanan keuangan yang mereda, beberapa perusahan mencari cara baru untuk meningkatkan penjualan dan keuntungan. Mereka pun berfokus untuk memproduksi barang premium di tengah penurunan penjualan secara keseluruhan.

“Jika Anda ingin melakukan lindung nilai terhadap tantangan ekonomi, Anda melakukannya dengan mengejar pendapatan atas,” kata Marshal Cohen, kepala penasihat industri pada firma riset pasar Circana.

Walmart, misalnya, menampilkan krim kelas atas seharga US$90 di lorong kecantikannya pada cabang tertentu. Produsen kecap, Heinz, merilis sederet bumbu spesial yang disebut Heinz 57 seperti wadah madu infus 11,25 ons dengan truffle hitam yang harganya sekitar US$7.

Sementara, Colgate-Palmolive tahun lalu membuat gebrakan dengan mengumumkan pasta gigi penghilang noda dengan ukuran tiga ons seharga $10. Produk tersebut dikatakan yang pertama di AS dengan banderol harga semahal itu. 

Anti diskon

Ilustrasi : inflasi Amerika Serikat (Dok. Shutterstock)

Sementara itu, Five Below, peritel yang menjual segala macam barang seharga US$5 ke bawah, menciptakan konsep toko baru, yakni Five Beyond yang menjajakan barang seharga US$6 ke atas.

Tahun lalu, perusahaan itu mengubah sekitar 250 toko dari total 1.300 tokonya untuk menjadi gerai Five Beyond. Perusahaan itu kembali melanjutkan penyesuaian tokonya dengan target 400 gerai Five Beyond tahun ini.

Dalam konferensi pers kinerja dengan analis, CEO Five Below, Joel Anderson, menyatakan konsumen yang membeli barang di Five Beyond membelanjakan lebih dari dua kali lipat, ketimbang mereka yang hanya membeli barang pada Five Below.

Chipotle Mexican Grill bahkan telah menyatakan tidak lagi menargetkan para pemburu diskon. Perusahaan F&B itu telah berterus terang selama setahun terakhir tentang kenaikan harganya yang telah membuat takut konsumen berpenghasilan rendah.

Pun demikian, Chipotle belum lama ini memperkenalkan Garlic Guajillo Steak, menu steak yang lebih mahal ketimbang steak biasa.

CEO Chipotle, Brian Niccol, menyatakan konsumen berpenghasilan lebih tinggi lebih sering berkunjung ke gerainya.

Kesenjangan pendapatan

bendera Amerika Serikat
ilustrasi bendera Amerika Serikat (pexels.com/Markus Winkler)

Related Topics