Jakarta, FORTUNE – Pandemi Covid-19 membawa pergeseran pada pola kerja dari pola bekerja di kantor, ke rumah, atau kombinasi keduanya (hibrida). Namun pola bekerja dari rumah atau Work From Home (WFH) di sisi lain memiliki risiko keamanan siber, terutama yang terkait data-data pekerjaan.
Pakar keamanan siber sekaligus Chairman CISSReC, Pratama Persadha, mengatakan banyak terjadi masalah kebocoran data selama masa pandemi. “Setidaknya ada tiga penyebab terbesar peretasan data, yaitu kesalahan manusia sebagai user, kesalahan sistem, dan serangan malware sekaligus peretas. Nah, faktor kesalahan manusia ini meningkat selama pandemi, salah satunya karena WFH,” ujar Pratama kepada Fortune Indonesia, Kamis (31/3).
Salah satu cara yang kerap terjadi untuk mengelabui korban adalah social engineering atau phising dalam bentuk email, pesan, atau tautan tertentu yang tidak jelas. Sayangnya, sebagian besar masyarakat Indonesia masih belum menyadari seberapa besar ancaman phishing terhadap data pribadi mereka.
“Namun cara ini secara terus-menerus menjadi salah satu cara utama peretas untuk mengambil alih dan mengumpulkan data penting para korban untuk melakukan kejahatan di dunia maya,” kata Pratama.