Media Sosial Disensor Pemerintah, Ekonomi Rusia Rugi Rp12,3 Triliun

Jakarta, FORTUNE - Firma riset independen Top10VPN.com merilis laporan tentang kerugian ekonomi Rusia akibat pembatasan media sosial oleh rezim Vladimir Putin sejak Perang di Ukraina dimulai.
Sepanjang 2022, tulis laporan tersebut, upaya pemerintah Rusia untuk membungkam perbedaan pendapat di jagat maya telah menimbulkan kerugian hingga US$861 juta atau setara Rp12,3 triliun (kurs Rp14.337/US$).
Mengutip Fortune.com, temuan tersebut juga menunjukkan bahwa dampak ekonomi dari sensor online Rusia melebihi semua negara lain. Kazakhstan adalah negara ke-2 dalam daftar yang sama, dengan kerugian hingga US$430 juta akibat sensor media sosial, termasuk mematikan internet usai protes massa atas pencabutan batas pada harga bahan bakar gas cair (LPG).
Setelahnya, Myanmar menyusul dengan US$185 juta setelah pemerintahnya menutup web untuk menghalangi protes pro-demokrasi.
Tahun lalu, sebelum Perang Ukraina, dampak ekonomi dari sensor Rusia dapat diabaikan. Menurut Top10VPN.com, jumlahnya hanya US$1 juta, sementara pada tahun 2020 Rusia bahkan tidak masuk dalam daftar.
Target sensor pertama Kremlin baru-baru ini adalah perusahaan media sosial Barat dan outlet berita independen. Putin kesal dengan layanan semacam itu yang mengizinkan informasi bertentangan dengan saluran resmi pemerintah Rusia-- antara lain Facebook, Instagram, dan Twitter.
Awal bulan ini, outlet media independen terakhir di Rusia tanpa koneksi ke Kremlin, TV Rain, juga ditarik dari siaran. Sementara surat kabar independen seperti Novaya Gazeta, yang berusaha memberikan suara kepada oposisi, juga telah disensor.
Editor pemenang hadiah Nobel Novaya Gazeta Dmitri A. Muratov mengatakan kepada New York Times awal bulan ini bahwa “segala sesuatu yang bukan propaganda sedang dihilangkan.”
Meski begitu, sensor internet Rusia masih jauh dari batasan yang dibuat Cina, menurut para ahli. China tidak masuk dalam daftar Top10VPN.com karena mampu menyensor aplikasi media sosialnya sendiri tanpa mematikannya.
Meskipun China memblokir Facebook dan Twitter, tidak ada kerugian ekonomi karena media sosial tersebut tidak pernah berada di negara itu sejak awal.