Jakarta, FORTUNE - Hari-hari yang dipenuhi dengan aktivitas padat sering kali berdampak pada kualitas tidur seseorang. Tekanan pekerjaan, tenggat waktu yang mendesak, dan rutinitas yang tidak teratur kerap membuat tubuh dan pikiran sulit untuk beristirahat. Akibatnya, gangguan tidur seperti insomnia atau sulit tidur menjadi masalah yang umum dialami, terutama di kalangan mereka yang memiliki gaya hidup serba sibuk.
Demi mengatasi gangguan tidur, mengonsumsi melatonin atau suplemen hormon tidur dilakukan dengan harapan bisa tidur lebih nyenyak. Ada pula yang meminum ashwagandha untuk embantu meredakan kecemasan dan stres sehingga mereka bisa tidur lebih cepat.
Menurut survei Gallup pada April 2024, semakin banyak orang Amerika yang mengaku membutuhkan lebih banyak tidur. Hal ini mendorong pasar suplemen tidur tumbuh hingga mencapai nilai US$130 miliar. Demikian dilansir dari Fortune.com.
Melatonin dan ashwagandha adalah dua jenis suplemen yang populer di pasar ini. Melatonin adalah hormon alami yang diproduksi oleh kelenjar pineal di otak yang berperan dalam mengatur ritme sirkadian tubuh kita. Hormon ini membantu mengatur waktu tidur dan bangun dengan tingkat melatonin yang lebih tinggi di malam hari dan lebih rendah di pagi hari. Melatonin juga tersedia dalam bentuk suplemen, baik versi alami maupun sintetis, yang dapat membantu memperbaiki kualitas tidur.
Di sisi lain, ashwagandha adalah adaptogen, sejenis ramuan yang membantu mengatur hormon stres kortisol. Berasal dari semak yang tumbuh di Afrika dan Asia, ashwagandha tersedia dalam bentuk kapsul, bubuk, atau teh. Penelitian menunjukkan ashwagandha dapat meningkatkan fungsi otak, mengurangi peradangan, dan meredakan stres serta kecemasan, yang juga berpotensi meningkatkan kualitas tidur.
Namun, pertanyaannya adalah, mana yang lebih efektif, melatonin atau ashwagandha? Dan apakah kita benar-benar perlu mengonsumsi salah satunya?