Melihat Kelas Batu Bara Indonesia, Mana Paling Banyak Diproduksi?

Jakarta, FORTUNE - Krisis energi kian mendesak negara-negara Eropa untuk mengimpor batu bara dari produsen besar seperti Indonesia. Namun, kebutuhan tersebut tak serta-merta dapat terpenuhi lantaran mayoritas produksi batu bara Indonesia berkualitas rendah dan banyak dihindari pasar global.
Lantas, bagaimana sebenarnya pengelompokan kualitas batu bara tersebut?
Batu bara sendiri memiliki sistem klasifikasi yang mengacu pada ISO (International Standard Organization). Untuk batu bara termal atau yang digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik, peringkat kualitas didasarkan pada metode analisis reflektansi vitrinit (Rv).
Dari situ, tingkat kematangan batu bara dapat ditentukan, yakni peringkat rendah (low rank), sedang (medium rank) dan tinggi (high rank).
Berdasarkan kajian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) 2019, sebagian besar cadangan batu bara di Indonesia—sekitar 60 persen—masuk dalam kategori medium rank atau berkalori sedang. Di luar itu, 30 persen sisanya masuk dalam kategori low rank.
Adapun produksi batu bara kategori high rank persentase produksinya hanya sebesar 7 persen dan kategori very high rank dengan nilai kalori di atas 7.100 kkal/kg ADB hanya sebesar 2 persen. Eropa sendiri memakai batu bara kualitas tinggi atau high rank dan mulai mengurangi konsumsi batu bara berkualitas rendah dari Indonesia sejak 2018.
Berikut jenis batu bara berdasarkan kategorinya:
Low Rank
Batu bara peringkat rendah adalah batu bara jenis lignit dan sub-bituminous yang memiliki Rv lebih kecil sama dengan 0,5 persen. Batu bara ini juga memiliki kadar kalori yang rendah, yakni di bawah 5.100 kkal/kg ADB.
Ia biasanya mempunyai ciri fisik berwarna coklat kusam atau sering juga disebut sebagai brown coal, memiliki porositas tinggi, mudah hancur, reaktivitas tinggi dan mudah terbakar.