Jakarta, FORTUNE – Kondisi ekonomi yang kian sulit dan tak bisa terprediksi membuat berbagai fenomena sosial dan psikologi bermunculan, salah satunya adalah duck syndrome. Apakah yang dimaksud dengan duck syndrome?
Medicinenet.com mendefinisikan duck syndrome sebagai sebuah situasi mental, di mana seseorang seolah terlihat tenang, namun sebenarnya mengalami banyak tekanan dan kepanikan dalam mencapai berbagai tujuan hidupnya. Hal ini dianggap sebagai manifestasi atas berbagai gangguan mental yang dihadapi, seperti depresi, kecemasan, atau tahap awal berbagai gangguan mental lainnya yang berpangkal pada reaksi terhadap stres.
Istilah duck syndrome muncul merupakan analogi bebek yang kerap terlihat tenang ketika berenang di permukaan air, namun sebenarnya mereka mengayuh dengan panik di bawah permukaan, untuk bisa tetap berenang dan tidak tenggelam.
Secara medis, duck syndrome memang belum bisa dikategorikan gangguan mental, namun seseorang yang mengalaminya berisiko untuk mengalami masalah kejiwaan lain, seperti depresi atau kecemasan akut. Perlu dicatat bahwa seseorang yang mengalami sindrom ini masih bisa produktif dan beraktivitas dengan baik, bahkan sama sekali tidak terlihat stres.
Contohnya, sindrom ini biasa terlihat pada mahasiswa yang terlihat tenang, namun bersusah payah untuk bisa mendapatkan nilai baik atau lulus cepat. Sementara, dalam dunia pekerjaan, duck syndrome kerap dihadapi oleh individu yang terlihat bekerja santai, namun sebenarnya banyak target dan tekanan yang ia terapkan pada dirinya, seperti karir mulus, dapat kenaikan gaji, dan mencatatkan prestasi gemilang di kantor.