Jakarta, FORTUNE - Tahun ajaran baru akan segera dimulai untuk jenjang SD, SMP, dan SMA/SMK. Salah satu yang bisa diimplementasikan oleh sekolah atau satuan pendidikan adala Kurikulum Merdeka.
Lantas apa itu Kurikulum Merdeka?
Mengutip laman kemendikbud.go.id, Kurikulum Merdeka dinilai memberikan keleluasaan kepada pendidik untuk bersama menciptakan pembelajaran berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan belajar murid.
Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam dengan mengoptimalkan konten sehingga peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.
Guru, dalam hal ini, memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik
Proyek untuk menguatkan pencapaian profil pelajar dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah. Proyek tersebut tidak diarahkan untuk mencapai target pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat pada konten mata pelajaran.
Dalam Kurikulum Merdeka, pembelajaran terdiferesiansi menjadi kunci utama yang membedakannya dengan kurikulum 2013. Sementara untuk kontennya, tidak jauh berbeda dari Kurikulum 2013.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat guru dan harus berorientasi kepada murid. Adapun keputusan-keputusan tersebut berkaitan dengan:
- kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas
- bagaimana guru menanggapi atau merespons kebutuhan belajar muridnya (misalnya, apakah murid perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berebeda, dan penugasan serta penilaian yang berebeda.
- menciptakan lingkungan belajar yang "mengundang" murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi
- manajemen kelas yang efektif, antara lain dengan menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas
- penilain berkelanjutan, seperti bagaimana guru dapat menggunakan informasi yang didapat dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan—untuk dapat menentukan murid mana yang masih tertinggal, atau sebaliknya, murid mana yang telah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan