Tradisi ini dianggap lahir dari kebutuhan masyarakat terhadap transportasi sungai yang berkembang menjadi ajang adu kekuatan, sportivitas dan kebanggaan kolektif antardesa.
Sejarah pacu jalur diperkirakan berawal dari abad ke-17. Hidup di sepanjang Sungai Kuantan menjadikan transportasi sungai seperti perahu sebagai alat transportasi utama. Saat itu, masyarakat setempat mengandalkan perahu atau jalur sebagai transportasi untuk mengangkut hasil bumi yang bisa menampung 40-60 orang.
Seiring perkembangan, jalur mulai diberi ukiran bentuk binatang dan dilengkapi hiasan di sekitarnya yang menunjukkan identitas sosial. Lama kelamaan, jalur berkembang menjadi ajang perlombaan di kalangan warga setempat.
Pacu jalur awalnya digelar untuk memperingati hari besar keagamaan dan perayaan adat. Kini, pesta rakyat tersebut dilaksanakan setiap bulan Agustus untuk merayakan kemerdekaan Republik Indonesia.
Tradisi tahunan ini telah tercatat sebagai agenda resmi Pemerintah Provinsi Riau sejak tahun 1903 dalam bentuk Festival Pacu Jalur. Sejak 2014, tradisi pacu jalur resmi tercatat sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.