Jakarta, FORTUNE - SPBU Vivo ramai jadi sorotan lantarna menjual bahan bakar minyak (BBM) di bawah harga SPBU Pertamina. Ketika kenaikan harga Pertalite menjadi Rp10 ribu per liter diumumkan pemerintah pada Sabtu (4/9) lalu, pom bensin yang tersebar di wilayah Jakarta dan sekitarnya itu pun jadi sarang antrean kendaraan. Di media sosial, harga BBM jenis Revvo yang mereka jual seharga Rp8.900 per liter juga jadi topik yang memanas.
Lantas siapa sebenarnya pemilik SPBU Vivo? Mengapa pula SPBU ini sulit di temukan di luar wilayah Jabodetabek?
SPBU Vivo merpukan jaringan pom bensin yang berada di bawah bendera PT Vivo Energy Indonesia. Perusahaan ini pertama kali mengoperasikan SPBUnya pada 26 Otkober 2017 lalu, yakni di Jalan Raya Cilangkap, Jakarta Timur. Sebelum menyandang nama Vivo Energy Indonesia, perusahaan ini bernama PT Nusantara Energi Plant Indonesia (NEPI).
Jenama yang digunakan memang hampir serupa dengan merek ponsel asal China. Namun, secara kepemilikan perusahaan penyalur BBM ini tak ada keterkaitan apa pun dengan negeri Tirai Bambu.
Penelusuran terkait Vivo Energy akan membawa perusahaan ini berafiliasi dengan Vitol Group, raksasa minyak yang berbasis di Swiss.
Dikutip dari laman resminya, Vitol Group awalnya didirikan di Rotterdam pada 1966. Perusahaan ini juga mengembangkan jaringan SPBU di Belanda, Singapura, Inggris, Australia, dan beberapa negara di Afrika.
Vitol Group bisa dibilang merupakan salah satu perusahaan penyalur BBM terbesar secara global. Pada tahun 2021 lalu, perusahaan mencatatkan pendapatan sebesar 279 miliar dollar AS. Dengan jaringan di lebih dari 40 negara, di tahun 2020, perusahaan multinasional ini memperdagangkan 367 juta ton minyak mentah dan produk turunannya.