Jakarta, FORTUNE – Isu pemanasan global semakin santer diperbincangkan di seluruh dunia. Salah satu sektor yang mengantisipasi dampak lingkungan adalah sektor penerbangan melalui penggunaan bahan bakar pesawat berkelanjutan atau Sustainable Aviation Fuel (SAF).
Di Indonesia, pengembangan SAF ini mulai dilakukan PT Pertamina Patra Niaga, sebagai langkah penyediaan bahan bakar aviasi yang lebih baik bagi industri penerbangan Tanah Air.
Direktur Pemasaran Pusat & Niaga Pertamina Patra Niaga, Maya Kusmaya, mengatakan komitmen awal perusahaan dilakukan melalui penerimaan sekitar 80 ribu liter SAF di Soekarno Hatta Aviation Fuel Terminal & Hydrant Installation (SHAFTHI) untuk kepentingan tes, hasilnya pun cukup baik dengan tidak ditemukannya perbedaan signifikan pada pada response engine dengan hasil tes bahan bakar aviasi Jet-A1 yang selama ini disalurkan Pertamina Patra Niaga.
“Kualitas SAF jika dilihat dari Static Test cukup serupa, sehingga bisa dilanjutkan ke tes selanjutnya, mulai dari Ground Test hingga Flight Test. Ini merupakan milestone terbaru pengembangan SAF mengingat pengujian sebelumnya hanya di pesawat militer, kita akan mulai bergerak untuk di pesawat komersil, dan kami siap menyediakan SAF untuk seluruh rangkaian uji,” katanya, Kamis (3/8).
Penyaluran SAF ini juga sudah masuk dalam agenda dunia, bahkan beberapa bandara dan maskapai di berbagai negara sudah mulai menggunakan SAF. “Ini juga akan menjadi langkah Grup Pertamina menjalankan program transisi energi sekaligus untuk mencapai target Net Zero Emission 2060,” katanya.
Indonesia sudah memulai langkah untuk memroduksi SAF, namun apa sebenarnya yang dimaksud dengan SAF? Berikut ini, Fortune Indonesia akan mengulasnya dengan mengutipnya dari compareprivateplanes.com.