Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Menkeu Suntik Rp200 Triliun ke Bank
Potret Purbaya Yudhi Sadewa saat pelantikan menteri (Instagram.com/@presidenrepublikindonesia)

Intinya sih...

  • Penyaluran dana Rp200 triliun ke bank bertujuan memperkuat likuiditas dan mendorong pertumbuhan kredit.

  • Dana berasal dari Saldo Anggaran Lebih (SAL) dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) di Bank Indonesia, disalurkan terlebih dahulu ke enam bank.

  • Dampaknya meliputi penguatan likuiditas bank, pertumbuhan kredit yang lebih cepat, mendorong dunia usaha dan investasi, serta memicu pertumbuhan ekonomi.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa membuat gebrakan besar hanya tiga hari setelah resmi menjabat. Pada Jumat (12/9), ia mengumumkan telah melakukan penyaluran dana segar sebesar Rp200 triliun ke perbankan nasional. 

Langkah tersebut bertujuan memperkuat likuiditas bank agar penyaluran kredit semakin deras. Tak hanya itu, menurut Purbaya, penyaluran dana dapat membantu menggerakkan perekonomian yang tengah melambat.

Kebijakan ini pun memunculkan banyak pertanyaan seperti dari mana sumber dana berasal, bagaimana mekanismenya, hingga dampaknya terhadap ekonomi nasional? Berikut ulasan lengkapnya.

Berharap mempertebal likuiditas bank

Purbaya menjelaskan bahwa dana tersebut berasal dari Saldo Anggaran Lebih (SAL) dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) yang tersimpan di rekening pemerintah di Bank Indonesia (BI). Total dana mengendap di BI mencapai sekitar Rp425 triliun.

"Tugas saya menghidupkan mesin moneter dan mesin fiskal. Saya sekarang punya Rp425 triliun di BI cash, saya taruh (ke sistem) Rp200 triliun," ujarnya.

Dengan langkah ini, Purbaya menilai dana yang sebelumnya “diam” di BI akan kembali masuk ke sistem keuangan nasional. Harapannya, uang tersebut dapat mempertebal likuiditas bank sehingga mendorong pertumbuhan kredit.

Kebijakan ini pun mendapat restu langsung dari Presiden Prabowo Subianto. Dana akan disalurkan terlebih dahulu ke enam bank, terdiri atas empat bank Himbara (BRI, Mandiri, BNI, BTN) serta dua bank syariah, salah satunya Bank Syariah Indonesia (BSI).

Menurut Purbaya, tujuan utamanya adalah menjaga agar sektor swasta tidak kekurangan likuiditas. Dengan ketersediaan dana, bank diharapkan terdorong menyalurkan kredit ke sektor produktif.

Dampak terhadap ekonomi nasional

Suntikan Rp200 triliun ini diperkirakan akan berdampak luas. Berikut ini beberapa dampaknya: 

1. Likuiditas bank menguat

Dengan tambahan modal besar, bank memiliki ruang lebih luas untuk menyalurkan kredit. Hal ini penting agar dunia usaha tidak kekurangan pembiayaan, terutama sektor kecil dan menengah yang paling membutuhkan akses dana.

2. Pertumbuhan kredit menjadi kian cepat

Purbaya menegaskan bahwa bank akan terdorong menyalurkan dana ke proyek-proyek produktif agar tidak mengalami risiko kerugian atau negative spread. Jika dana mengalir ke sektor riil, penyaluran kredit diperkirakan meningkat jauh lebih cepat dibanding tren sebelumnya.

3. Mendorong dunia usaha dan investasi

Akses pembiayaan yang lebih longgar akan memacu ekspansi usaha, membuka lapangan kerja baru, dan meningkatkan daya beli masyarakat. Industri manufaktur disebut sebagai salah satu sektor yang akan paling merasakan dampak positif dari kebijakan ini.

4. Memicu pertumbuhan ekonomi  

Menkeu menilai likuiditas adalah kunci pertumbuhan. Dengan peredaran uang yang lebih besar, konsumsi dan investasi dapat meningkat, sehingga produk domestik bruto (PDB) Indonesia berpotensi tumbuh lebih cepat.

5. Sinyal positif untuk pasar

Keputusan pemerintah menyalurkan dana segar memberi sinyal kuat bahwa kebijakan fiskal dan moneter kini lebih selaras. Hal ini diharapkan memperbaiki kepercayaan investor, baik domestik maupun asing. 

Tantangan dan risiko

Meski kebijakan ini berpotensi memberi dorongan besar, ada sejumlah tantangan yang perlu diperhatikan:

  • Efektivitas penyaluran kredit: Bank harus benar-benar menyalurkan dana ke sektor produktif, bukan hanya memperkuat neraca keuangan.

  • Inflasi: Peningkatan likuiditas bisa memicu kenaikan harga jika tidak diimbangi dengan pertumbuhan produksi.

  • Moral Hazard: Ada risiko bank bersikap “terlalu nyaman” dengan dana segar tanpa diikuti strategi bisnis yang tepat.

Oleh karena itulah, pemerintah berencana mengevaluasi kebijakan ini secara bertahap. Jika terbukti efektif, skema penyaluran dana dapat diperluas di masa mendatang.

Larangan gunakan dana untuk SBN atau SRBI

Terkait kucuran dana ini, Purbaya menegaskan bahwa dana ini tidak boleh digunakan untuk membeli Surat Berharga Negara (SBN) maupun Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Sebaliknya, dana segar harus benar-benar masuk ke perekonomian, baik melalui kredit usaha, pembiayaan investasi, maupun sektor konsumsi. Jika hanya diparkir kembali dalam bentuk surat berharga, tujuan menggerakkan ekonomi tidak akan tercapai. 

"Yang kita paksa adalah diberi bahan bakar supaya market mechanism berjalan sehingga mereka terpaksa menyalurkan, bukan terpaksa, yang biasanya tadi santai-santai, terpaksa berpikir lebih keras sedikit," ucapnya..

Suntikan dana Rp200 triliun dari Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa menjadi langkah berani untuk memutar kembali roda perekonomian Indonesia. Namun, keberhasilan kebijakan ini tetap bergantung pada disiplin perbankan dalam menyalurkan dana secara produktif. Jika berjalan sesuai rencana, langkah awal ini bisa menjadi momentum penting bagi pemulihan ekonomi Indonesia.

FAQ seputar Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa

  1. Siapa Purbaya Yudhi Sadewa?

    Purbaya Yudhi Sadewa adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia yang baru dilantik pada September 2025.

  2. Apa latar belakang Purbaya sebelum jadi Menkeu?

    Sebelum menjabat, Purbaya dikenal sebagai ekonom dan pernah berkarier di Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) serta aktif dalam berbagai kajian ekonomi.

  3. Kapan Purbaya mulai menjabat sebagai Menteri Keuangan?

    Ia dilantik pada Selasa, 9 September 2025, dan langsung membuat kebijakan besar terkait penyaluran dana Rp200 triliun ke perbankan.

Editorial Team