Jakarta, FORTUNE - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan pemerintah tetap mengupayakan transformasi perekonomian yang hijau, berkelanjutan, dan inklusif. Hal itu beriringan dengan langkah pemulihan ekonomi dari ancaman krisis pangan, energi dan keuangan yang terjadi di level global.
"Di tengah krisis ini, memastikan ketersediaan, aksesibilitas, dan keterjangkauan komoditas pertanian di pasar global, termasuk minyak nabati, menjadi salah satu fokus utama kami," ujarnya pada Webinar United Nations Economic And Social Council (UN-ECOSOC) High Level Political Forum (HLPF) yang dikutip dari siaran pers, Selasa (12/7).
Airlangga menambahkan bahwa dalam upaya untuk memenuhi target SDGs 2030, muncul beberapa tantangan besar seperti inflasi yang tinggi, lonjakan suku bunga, lonjakan harga pangan dan energi, serta terganggunya pasokan dan perdagangan komoditas pertanian.
Dengan mempertimbangkan pertumbuhan populasi global dan meluasnya penggunaan minyak nabati di berbagai industri, maka diperkirakan ukuran pasar global minyak nabati akan meningkat dari 199,1 juta metrik ton pada 2020 menjadi 258,4 juta metrik ton pada 2026.