Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
antarafoto-rapat-deregulasi-industri-padat-karya-1743034527.jpg
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bersiap mengikuti rapat yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (19/3/2025). Presiden Prabowo Subianto menginstruksikan deregulasi untuk meningkatkan daya saing industri padat karya. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

Jakarta, FORTUNE - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan bahwa pengeluaran masyarakat dari masa Ramadan hingga perayaan Idulfitri 2025 mencapai Rp248,1 triliun.

"Belanja saat Ramadan itu kelihatan naik di angka Rp248,1 triliun. Jadi natal, tahun baru, dan Ramadan membantu daya ungkit daripada konsumsi kita," ujar Airlangga dalam Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Republik Indonesia di Jakarta, Selasa (8/4).

Sektor konsumsi masyarakat disebutnya sebagai penopang utama ekonomi nasional, terlebih di tengah ketidakpastian ekonomi global. Pasar keuangan global yang masih berfluktuasi menjadi salah satu indikatornya, di mana pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat tertekan, akan tetapi kini mulai menguat.

Selain itu, nilai tukar rupiah dinilai masih cukup stabil meski mengalami tekanan, dan performanya masih lebih baik dibandingkan sejumlah negara lain.

"Nilai tukar rupiah juga relatif terjaga, walaupun ada pelemahan tetapi kalau kita bandingkan negara lain di Jepang pelemahan itu sampai 50 persen demikian pula beberapa negara lain, kita masih lebih baik," katanya, menambahkan.

Menko Airlangga juga menyebutkan bahwa imbal hasil surat utang negara serta obligasi Indonesia tetap stabil, begitu pula dengan cadangan devisa nasional. Namun demikian, ia mengingatkan bahwa Indonesia tetap perlu mewaspadai dinamika global, termasuk kebijakan tarif balasan dari Amerika Serikat.

"Trade policy uncertainty-nya juga tinggi, sehingga kita masuk dalam kebijakan yang tidak pasti, terjadi gejolak pasar uang seluruh dunia, pelemahan mata uang di emerging market, kemudian juga retaliasi tarif oleh China, kemudian rantai pasok global juga terganggu," tuturnya.

Daya beli masyarakat Jakarta turun

Di lain sisi meskipun daya ungkit konsumsi naik karena sejumlah faktor, Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) mengungkapkan bahwa daya beli warga DKI Jakarta mengalami penurunan sebesar 25 persen selama periode Lebaran 2025 atau Idulfitri 1446 Hijriah.

"Penurunan daya beli bisa sekitar 25 persen saat Lebaran," ujar Ketua APPBI DPD DKI Jakarta, Mualim Wijoyo, mengutip ANTARA pada Rabu (9/4).

Menurut Mualim, turunnya daya beli ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor, di antaranya kebiasaan masyarakat yang lebih memilih mudik ke kampung halaman atau menghabiskan waktu libur di tempat wisata ketimbang berbelanja di pusat perbelanjaan.

Lonjakan kunjungan justru terjadi di sektor makanan dan minuman, terutama restoran di pusat perbelanjaan, karena masyarakat memanfaatkan waktu libur untuk bersantap di luar rumah.

"Barangkali karena banyak ART yang pulang ke kampung sehingga mal/resto menjadi jalan keluar untuk sebagian masyarakat tadi," ujarnya.

Ia menambahkan bahwa sebagian toko di mal masih tutup selama libur Idul Fitri, yang turut berdampak pada menurunnya aktivitas belanja. Selain itu, kondisi perekonomian global yang belum stabil turut memengaruhi melemahnya daya beli masyarakat.

"Kondisi penurunan daya beli sebetulnya sudah dirasakan di tahun 2024 yang sampai saat ini belum pulih. Adanya penurunan masyarakat kelas menengah merupakan sinyal penurunan daya beli dan tentunya ada faktor-faktor lain," kata Mualim.

Editorial Team