Jakarta, FORTUNE - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya deflasi secara bulanan (month to month/mtm) pada komoditas minyak goreng sepanjang Mei 2022. Kepala BPS Margo Yuwono menuturkan, penurunan harga terjadi pada jenis minyak goreng curah yakni dari Rp18.980 per liter pada April 2021 menjadi Rp18.220 per liter pada bulan lalu.
Sedangkan minyak goreng kemasan justru meningkat dari Rp22.830 per liter pada April 2022 menjadi ke Rp23.360 per liter di bulan lalu. "Larangan ekspor (bahan baku minyak goreng) memberikan efek kepada deflasi di bulan Mei. Jadi bulan Mei 2022, minyak goreng mengalami deflasi sebesar 1,06 persen mtm. Dan memberikan andil deflasi 0,01 persen terhadap Mei 2022," ujarnya dalam konferensi pers, Kamis (2/6).
Meski harga minyak goreng kemasan masih mengalami kenaikan, Margo menuturkan bahwa secara keseluruhan komoditas tersebut mengalami deflasi sebesar 0,01 persen. Sebab dalam menghitung indeks harga minyak goreng, BPS menggabungkan rata-rata harga kedua jenis komoditas tersebut.
Dengan turunnya harga minyak goreng curah, maka secara agregat indeks harga komoditas tersebut mengalami deflasi.
"Jadi, dalam menghitung inflasi minyak goreng BPS menghitung harga minyak goreng kemasan dan minyak goreng curah. Jadi tidak satu-satu. Digabungkan menjadi inflasi minyak goreng. Harga minyak goreng secara keseluruhan baik kemasan maupun curah mengalami penurunan pada Mei 2022 dibandingkan April," jelasnya.
Pun demikian, Margo mengakui bahwa harga minyak goreng baik curah maupun kemasan masih lebih mahal jika dibandingkan periode sama tahun lalu. Minyak goreng curah misalnya, berada jauh di atas harga pada Mei 2021 yang sebesar Rp14.530 per liter. Sedangkan minyak goreng kemasan berada di atas harga Mei tahun lalu yang sebesar Rp14.420 per liter