Jakarta, FORTUNE – Pandemi Covid-19 adalah pukulan keras bagi sebagian besar manusia di muka bumi. Ketidaktahuan menyeluruh akan dampak yang bakal ditimbulkan wabah dari Wuhan itu memunculkan rupa-rupa efek, yang salah satunya panic buying. Banyak konsumen membeli barang-barang dan menimbunnya, mulai tisu toilet, hand sanitizer, masker, maupun bahan makanan.
Kini, krisis energi pun terjadi di beberapa belahan dunia, seperti Tiongkok, Eropa, dan Inggris Raya. Ternyata panic buying pun masih tetap terjadi meski dalam tataran yang berbeda. Orang tetap berpotensi melakukan pembelian berlebihan, namun sebabnya bisa karena rantai pasokan yang terganggu atau efek perubahan iklim. Situasi ini pun seringkali dianggap sebagai gambaran masyarakat yang mulai berlaku irasional.
Melansir Fortune.com, dalam 18 bulan terakhir para psikolog telah mempelajari motivasi khas para penimbun. Mereka berupaya untuk memetakan motivasi ini dalam kaitannya dengan peran pemerintah dan apa yang kelak bakal dihadapi di masa mendatang. Namun, satu kesimpulan yang dihasilkan adalah: istilah ‘panic’ buying bukan berarti merujuk pada kondisi irasional.