Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Presiden Tiongkok XI Jinping. Shutterstock/Kaliva

Jakarta, FORTUNE - Kekuasaan Presiden Tiongkok, XI Jinping, disebut-sebut bakal makin kuat dan berlanjut pada periode berikutnya. Pasalnya, Partai Komunis Tiongkok menyetujui resolusi tentang “prestasi dan pengalaman sejarah 100 tahun terakhir”.

Dalam pleno komite sentral partai, Kamis (11/11), lebih dari 300 pemimpin komite mengesahkan resolusi tersebut. Komite Sentral memutuskan bahwa pelajaran yang dapat diambil dari sejarah partai adalah untuk tetap teguh pada 10 bidang—dengan kepemimpinan partai sebagai prioritas utama.

“Komite Pusat Partai meminta seluruh partai, seluruh tentara dan orang-orang dari semua kelompok etnis untuk bersatu lebih erat di sekitar Komite Pusat Partai dengan Kamerad Xi Jinping sebagai intinya, untuk sepenuhnya menerapkan era baru sosialisme Xi Jinping dengan karakteristik Tiongkok, ” demikian dokumen pleno itu dibaca, seperti dikutip dari Al Jazeera, Jumat (12/11).

Pengesahan resolusi itu menempatkan Xi Jinping pada level yang setara dengan dua pemimpin sebelumnya, yaitu Mao Zedong dan Deng Xiaoping. Baik Mao maupun Deng mengukuhkan posisi mereka sebagai pemimpin terkemuka dengan resolusi lain yang disahkan—masing-masing pada 1945 dan 1981.

Xi Jinping secara luas dianggap sebagai pemimpin paling kuat Tiongkok sejak era Mao. Partai memuliakan perannya dengan menyebutnya sebagai “inovator utama” di balik "Pemikiran Xi Jinping tentang Sosialisme dengan Karakteristik Tiongkok untuk Era Baru".

Berlanjut ke periode berikutnya

Para ahli mengatakan “ideologi” baru Xi Jinping itu hampir pasti akan membuat posisinya aman dalam periode ketiga. Pada 2018, partai menghapus batas masa jabatan XI—mengindikasikan niatnya untuk tetap berkuasa.

Mengomentari langkah tersebut, Jude Blanchette, seorang ahli politik Cina di lembaga think tank Center for Strategic and International Studies yang berbasis di Washington, mengatakan pesan dari partai di sekitar Xi dapat dianggap sebagai "fitur seperti pemujaan".

“Mengingat penekanan partai pada disiplin dan loyalitas, konsekuensi dari tidak mendukung resolusi untuk setiap anggota partai akan menjadi bencana,” Yang Chaohui, dosen ilmu politik di Universitas Peking, mengatakan kepada Reuters

XI juga disebut-sebut tidak memiliki pesaing. Malahan, dengan upayanya tetap berkuasa, ia berpotensi “mengasingkan” tokoh-tokoh partai yang lebih muda. Dengan begitu, peluang bagi mereka untuk promosi pun berkurang.

Namun, mengutip Al Jazeera, para ilmuwan politik juga khawatir kekuasaan satu orang dalam jangka waktu lama akan mengarah pada keputusan resmi serta kinerja ekonomi yang lebih buruk. 

Mengakhiri perang dingin

Editorial Team