Jakarta, FORTUNE- Pemerintah masih mengkaji jumlah pembengkakan biaya proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Nilai pasti cost overrun tersebut akan dicantumkan dalam hasil kaji ulang studi kelayakan proyek yang tengah dikerjakan, dan bakal menentukan nilai pinjaman tambahan yang bakal diajukan kepada China Development Bank (CDB).
Selepas audit bertahap dari Badan Pengawas Keuanganan dan Pembangunan (BPKP), kenaikan ongkos pembangunan itu US$1,1 miliar hingga US$1,9 miliar atau sekitar Rp16,4 triliun hingga Rp28,3 triliun.
“Permintaan ini tidak serta merta langsung disetujui pemerintah dan masih akan dilakukan pembahasan untuk memastikan jika memang pemerintah turut menanggung beban cost overrun,” kata Juru Bicara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Alia Karenina, Senin (1/8).
Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung tergolong sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) dan merupakan proyek investasi antara konsorsium Indonesia dan Cina melalui PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC), serta didanai oleh pinjaman dari China Development Bank (CDB).
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kartika Wirjoatmodjo mengatakan dalam pertemuan bersama pihak Cina di Beijing, pemerintah Indonesia telah mengusulkan 75 persen dari kelebihan biaya itu ditanggung dari pinjaman CDB. 25 persen sisanya akan ditanggung ekuitas alias perusahaan konsorsium Indonesia dan Cina.
"Sehingga dari 25 persen itu, 60 persen adalah porsi ekuitas konsorsium Indonesia," ujar dia, Senin (1/8).
Pemerintah telah mengusulkan penyertaan modal negara (PMN) Rp4,1 triliun kepada PT Kereta Api Indonesia (Persero) agar bisa menambah ekuitas porsi Indonesia. Rencana tersebut juga telah disetujui Dewan Perwakilan Rakyat.
BUMN transportasi itu merupakan leading consortium BUMN Indonesia, yakni PT PSBI, yang kepemilikan sahamnya di KCIC mencapai 60 persen.