Jakarta, FORTUNE – Pembobolan rekening tidak aktif atau dormant senilai Rp204 miliar di salah satu bank BUMN menandakan sistem bank masih rentan disusupi oleh pegawai yang tidak bertanggung jawab. Berkaca dari kasus yang baru-baru ini terjadi, pembobolan bermula saat ada sindikat pelaku kejahatan yang menyamar sebagai Satgas Perampasan Aset berjumlah 7 tujuh orang.
Mereka berhasil menyusup ke dalam sistem perbankan melalui kerja sama dengan dua oknum internal bank yang merupakan kelapa cabang dan consumer relations manager di Jawa Barat. Mereka menyasar rekening-rekening dormant untuk kemudian memindahkan dana secara ilegal dipindahkan ke sejumlah rekening penampungan.
Menanggapi hal tersebut, Pakar Keamanan Siber, Alfons Tanujaya menilai bahwa titik terlemah dalam pengamanan sistem IT perbankan adalah dari internal perusahaan. Kebocoran data internal atau insider trading of information merupakan kejadian yang sudah lama dan sulit dibenahi.
“Jadi pembobolan rekening dormant ini seharusnya menjadi alarm bagi pihak audit bank khususnya bank pemerintah dan penegak hukum untuk menginvestigasi jejak rekening dormant dalam beberapa tahun terakhir,” kata Alfons saat dihubungi Fortune Indonesia di Jakarta, Jumat (26/9).