Jakarta, FORTUNE - Pembukaan kembali Cina diprediksi bakal memberikan dorongan bagi perekonomian global yang tengah lesu. Dorongan pertumbuhan akan dirasakan melalui sektor jasa seperti penerbangan, pariwisata, dan pendidikan. Ukuran itu muncul karena warga negara Cina kini mulai melakukan perjalanan internasional pertamanya sejak Covid-19 melanda dunia.
Mengutip Bloomberg, negara-negara Asia Tenggara yang bergantung pada pariwisata kemungkinan akan menjadi yang pertama menikmati dampak pembukaan tersebut. Pun begitu, limpasan rezeki dari kembalinya pengunjung Cina juga akan dirasakan negara-negara maju.
Imbas positif pembukaan Cina juga dinikmati negara penghasil komoditas. Meski pemulihan ekonomi negara tersebut diperkirakan masih lambat, pembukaan perbatasan sejalan dengan upaya untuk menopang kemerosotan real estat. Melajunya kembali sektor properti akan memberikan dorongan bagi produsen komoditas seperti Chili dan Brasil.
Dampaknya terasa pada pasar keuangan. Harga tembaga telah melonjak hingga US$9.000 per ton untuk pertama kalinya sejak Juni, saham pertambangan Australia naik ke level tertinggi sepanjang masa, dan mata uang peso Chili menikmati rentetan kenaikan terbaiknya sejak Agustus—semua karena taruhan pembukaan kembali Cina.
Kepala Dana Moneter Internasional minggu lalu menggambarkan poros Cina dari Covid Zero kemungkinan merupakan satu-satunya faktor terpenting untuk pertumbuhan global pada 2023. Ini berarti Cina adalah kontributor positif untuk pertumbuhan global pada sekitar pertengahan tahun.
"Pembukaan kembali Cina akan memberikan sentakan yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan global," kata Frederic Neumann, kepala ekonom Asia di HSBC Holdings Plc. “Sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia, percepatan belanja rumah tangga dan investasi China akan membantu meletakkan dasar di bawah perdagangan global pada saat permintaan di Barat goyah."