Pengamat: Bali Bisa Menjadi “Hijau” Sebelum 2040, Ini Tantangannya

Jakarta, FORTUNE - Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, mengatakan lembaganya menyambut baik inisiatif pemerintah yang ingin menjadikan Bali sebagai wilayah yang ramah lingkungan. Menurutnya, wilayah tersebut memang memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang cukup besar.
Bagi Fabby, transformasi Bali menjadi wilayah “hijau” serta menggunakan energi bersih sepenuhnya memang merupakan sebuah keharusan. Sebab, menurutnya, wilayah ini merupakan ikon pariwisata Indonesia serta memiliki nilai jual di mata internasional.
Fabby juga berpendapat bahwa Bali memiliki karakteristik yang memungkinkan untuk menjadi hijau karena kultur budayanya. Dia menyebutkan, misalnya, tradisi nyepi di Bali yang bisa diartikan sebagai puasa energi.
“Jadi membuat Bali menjadi hijau itu menurut saya memang sangat penting,” kata Fabby kepada Fortune Indonesia, Kamis (18/11). “Dalam arti kalau kita melihat Bali sebagai daerah tourism, perkembangan tourism sekarang kan ke arah sustainable dan green tourism. Jadi ketika ingin dihijaukan itu membuat Bali naik kelas.”
Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan, pemerintah menargetkan Bali pada 3 sampai 4 tahun mendatang akan menjadi go green. Pemerintah, kata dia, ingin mulai mengurangi penggunaan energi fosil di Bali.
“Mungkin dalam 3 sampai 4 tahun itu sudah kami kurangin penggunaan fosil di sana sehingga bisa jadi satu green pulau,” kata Luhut dalam webinar, Rabu (17/11).