Penyebab Krisis Ekonomi Sri Lanka, Benarkah Utang Negara?

Jakarta, FORTUNE – Apa saja penyebab krisis ekonomi Sri Lanka? Sampai-sampai, negara itu kesulitan melunasi kewajiban utangnya. Ditambah, cadangan devisanya terus menipis sehingga terjadi keterbatasan impor dan kenaikan inflasi.
Padahal, Sri Lanka sempat mencatatkan pertumbuhan ekonomi stabil. Melansir Modern Diplomacy, sejak 2003 sampai 2012, negara itu bertumbuh 6,4 persen setiap tahun; melampaui negara-negara lain di wilayahnya. Apa pendorong utamanya? Ekspansi industri non-tradable. Tapi, Bank Dunia telah memperingatkan pertumbuhan berkat hal itu tak bersifat berkelnjutan.
Akhirnya, sejak saat itu, pertumbuhan ekonomi Sri Lanka melambat. Pada 2019, pendapatan per kapitanya mencapai US$3.852 dolar, dengan PDB US$84 miliar. Status negara berpenghasilan menengah ke atasnya pun menurun menjadi ‘negara berpenghasilan menengah ke bawah’.
Kondisi makin parah dua tahun terakhir, dengan banyaknya kontroversi pemerintahan dan parlemen Rajapaksa, termasuk dugaan korupsi. Demonstrasi pun pecah. Sampai akhirnya, Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa mundur dari posisinya pada Juli 2022.