Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Ilustrasi Israel-Palestina. (Doc: 123rf/luzitanija)

Jakarta, FORTUNE - Perang antara Israel dan Palestina memanas setelah Hamas melakukan serangan besar-besaran pada Sabtu (7/10)—yang disebut paling mengejutkan sejak Perang Yom Kippur 50 tahun silam, demikian kabar dari AP News.

Sehari setelah serangan tersebut, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berjanji akan melakukan "balas dendam besar-besaran".

Sejak Ahad pagi, Israel telah mengerahkan pasukan khusus untuk mencoba merebut kendali empat lokasi yang dikuasai Hamas dan secara resmi memberikan lampu hijau untuk “langkah militer yang signifikan” sebagai pembalasan.

Militer Israel terus berupaya menghancurkan para pejuang Hamas yang masih berada di kota-kota selatan dan meningkatkan pemboman di Jalur Gaza—sebuah wilayah sempit dengan lebih dari dua juta penduduk yang puluhan tahun mereka blokade.

Serangan udara yang dikerahkan dalam operasi tersebut menghantam blok perumahan, terowongan, masjid dan rumah pejabat Hamas di Gaza hingga menewaskan lebih dari 400 orang, termasuk 20 anak-anak.

Sampai hari ini, jumlah korban tercatat melebihi 1.100 orang tewas dan ribuan lainnya luka-luka di kedua pihak. Pertempuran juga maskh berlanjut di beberapa lokasi di mana 700 orang dilaporkan telah tewas di pihak Israel– jumlah korban jiwa yang sangat besar yang belum pernah dialami negara tersebut selama beberapa dekade.

Pejuang Hamas dikabarkan menyandera puluhan orang Israel ke Gaza, termasuk tentara dan warga sipil, anak-anak dan orang tua. Kelompok militan Palestina kedua, Jihad Islam, mengatakan mereka menahan lebih dari 30 orang.

Penangkapan begitu banyak warga Israel, beberapa di antaranya melewati pos pemeriksaan keamanan atau menyebabkan pendarahan di Gaza, merupakan kejutan bagi Netanyahu setelah kejadian di masa lalu ketika sandera ditukar dengan banyak tahanan Palestina.

“Kenyataan yang kejam adalah bahwa Hamas menyandera sebagai sebuah kebijakan asuransi terhadap tindakan pembalasan Israel, khususnya serangan darat besar-besaran dan untuk menukar tahanan Palestina,” kata Aaron David Miller, peneliti senior di Carnegie Endowment for International Peace.

Perang juga merembet jauh ke luar Gaza tempat pasukan Israel dan milisi Hizbullah Lebanon yang didukung Iran saling baku tembak dengan artileri dan roket. Sementara di Mesir, dua turis Israel ditembak mati bersama seorang pemandu.

Seruan untuk menahan diri datang dari seluruh dunia, meskipun sebagian besar negara-negara Barat mendukung Israel. Sementara Iran, Hizbullah, dan pengunjuk rasa di berbagai negara Timur Tengah memuji tindakan Hamas.

<p><strong>Lengah</strong></p>

Editorial Team

Tonton lebih seru di