Jakarta, FORTUNE – Asisten Peneliti Departemen Ekonomi Sosial Center for Strategic and Internasional Studies (CSIS), Lestary J. Barany, mengatakan operasi militer yang diluncurkan Rusia ke Ukraina bakal berdampak langsung terhadap perekonomian Indonesia.
Kendati kedua negara tersebut bukan mitra utama, Lestary menyebut perdagangan dan keuangan Indonesia akan menerima efeknya.
Dalam sebuah diskusi daring (2/3), Lestary mengatakan buntut perang di Eropa itu sejauh ini belum signifikan bagi nilai tukar rupiah. Hari ini, mata uang Indonesia itu melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan pada Rp14.372 (spot) atau lebih rendah 0,26 persen jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin.
Lestary mengatakan dampak lain adalah di sektor perdagangan karena, misalnya, Indonesia sepenuhnya mengimpor gandum. Pada 2021, salah satu eksportir gandum terbesar Indonesia adalah Ukraina pada 2,76 juta ton (25,68 persen) dengan nilai US$821 juta.
Ketergantungan gandum dari Ukraina itu mengancam keterbatasan bahan baku pangan untuk pembuatan mi dan roti yang semakin nyata.
“(Ukraina) adalah top supplier untuk gandum Indonesia. Dan kalau kita melihat peta, ternyata lumbung gandum itu banyak di daerah Timur, di mana daerah ini merupakan daerah yang sangat dekat dengan yang diduduki oleh Rusia,” ujarnya.