Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi

Jakarta, FORTUNE - PT PLN (Persero) menargetkan pemangkasan listrik berbasis batu bara sebesar 5,5 Gigawatt (GW) hingga 2030. Direktur Perencanaan Korporat PT PLN Evy Haryadi mengatakan inisiatif tersebut dicanangkan untuk mengatasi masalah over supply yang merugikan perusahaan dan menghambat rencana transisi ke energi baru terbarukan (EBT).

Adapun, dukungan pendanaan yang diperlukan untuk menjalankan inisiatif tersebut diperkirakan mencapai US$6 miliar atau setara Rp87,3 triliun. "Karena kondisi oversupply ini sebenarnya terjadi semacam pemborosan," ujarnya dalam diskusi virtual Kamis (9/6).

Menurut Evy, Indonesia mengalami kondisi oversupply yang merugikan PLN terjadi akibat menurunnya kinerja industri manufaktur yang merupakan konsumen listrik berskala besar di dalam negeri. Karena itu dibutuhkan strategi khusus jika pemerintah ingin mencapai net zero emissions di tengah kondisi oversupply listrik.

Salah satunya adalah mempensiunkan pembangkit listrik batu bara (PLTU) untuk memberikan ruang agar pembangkit baru berbasis EBT yang dibangun PLN tak memperburuk situasi kelebihan pasokan.

"Jadi ada coal retirement untuk memberi ruang untuk masuknya renewable energy kalau tidak ingin menambah oversupply semakin memburuk," tuturnya.

Di luar pemangkasan listrik berbasis batu bara, PLN juga telah merancang inisiatif transisi energi berupa dedieselisasi, yakni mengganti pembangkit bertenaga diesel di daerah-daerah terpencil atau 3T dengan pembangkit EBT.

Evy menuturkan, langkah ini cukup strategis karena tak akan menambah beban pokok produksi (BPP) pengadaan listrik yang ditanggung PLN. Pasalnya, biaya bahan bakar yang dielu perseroan justru akan lebih murah ketika solar diganti dengan pembangkit EBT seperti PLTS atau PLTB.  

"Ini tidak akan menaikkan BPP karena kita menggantikan diesel yang mahal dengan renewable yang murah," imbuhnya.

Target rampung 2025

Editorial Team

Tonton lebih seru di