Jakarta, FORTUNE – Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno (PPKGBK) mengungkapkan mengungkapkan sejumlah tantangan besar dalam pengelolaan GBK menuju proses transformasi. Integrasi kawasan seluas 279,1 hektare–dengan fasilitas olahraga, pemerintahan, dan komersial– menjadi salah satu tantangan utama.
Direktur Utama PPKGBK, Rakhmadi Arif Kusumo, mengatakan dengan tantangan ini, pihaknya berupaya fokus dan memastikan para pengunjung bisa langsung terkoneksi dengan berbagai sarana transportasi publik seperti MRT, Transjakarta, maupun fasilitas shuttle di dalam kawasan.
Apalagi, saat ini jumlah pengunjung harian GBK di luar event, meningkat drastis sampai rerata 25.000 pengunjung per hari sehingga memerlukan akses transportasi yang memadai. Oleh sebab itu, sarana perpindahan pengunjung harus bisa menyatu dan memudahkan masyarakat.
“Karena aspek ini bisa memastikan pengunjung lebih nyaman untuk bisa beraktivitas di dalam komplek GBK. Kalau sudah lebih nyaman dalam berpindah, maka mereka tidak perlu lagi bawa mobil atau motor, dan hal ini akan membantu lingkungan jadi lebih baik,” ujar Rakhmadi dalam media gathering, Selasa (3/9).
Selain integrasi antarkawasan, hal lain yang juga menantang menurutnya adalah optimalisasi pengelolaan aset negara yang bernilai Rp348 triliun dengan kepastian hukum yang jelas dan transparan. Dengan adanya kejelasa hukum pada setiap sarana di sekitar kawasan, maka pihak PPKGBK akan lebih leluasa untuk memaksimalkan potensi ekonomi yang bisa didapatkan dari pengelolaan sarana tersebut.
“Pengembangan gedung baru, peningkatan standar internasional untuk venue, serta pengelolaan konvensi dan acara hiburan secara mandiri, adalah beberapa langkah konkret yang diambil untuk mencapai visi GBK sebagai pusat olahraga dan hiburan terintegrasi yang terbesar di Asia Tenggara,” ujar Rakhmadi.