Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
profil nadiem makarim.png
Nadiem Makarim (Dok. Politeknik Negeri Batam)

Intinya sih...

  • Nadiem Makarim dikenal sebagai pendiri Gojek dan mantan Menteri Pendidikan

  • Nadiem memiliki latar belakang pendidikan di luar negeri, termasuk gelar MBA dari Harvard Business School

  • Proyek pengadaan Chromebook senilai Rp9,3 triliun di Kemendikbudristek menjadi sorotan karena keterlibatan Nadiem Makarim

Jakarta, FORTUNE - Nama Nadiem Makarim kembali menjadi sorotan publik seiring dengan mencuatnya dugaan kasus korupsi pengadaan Chromebook di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Sebelum masuk ke pemerintahan, profil Nadiem Makarim dikenal luas sebagai sosok di balik kesuksesan Gojek.

Menurut Kejaksaan Agung, Nadiem disebut sebagai pihak yang merancang program ini bahkan sebelum ia resmi menjabat sebagai menteri. Ia juga disebut memimpin rapat pelaksanaan program, menetapkan sistem operasi tertentu yang digunakan, hingga mengatur sumber pembiayaannya dalam regulasi resmi kementerian. 

Meski belum ditetapkan sebagai tersangka, namanya disebut dalam sejumlah proses awal dan dokumen perencanaan. Lantas, seperti apa sebenarnya perjalanan hidup Nadiem Makarim? Berikut profil lengkapnya. 

Latar belakang keluarga dan pendidikan Nadiem Makarim

Nadiem Anwar Makarim lahir di Jakarta pada 4 Juli 1984. Ia merupakan anak dari pasangan Nono Anwar Makarim dan Atika Algadrie. Ayahnya merupakan seorang pengacara lulusan Harvard Law School asal Pekalongan. Sebagai anak bungsu dan satu-satunya laki-laki dalam keluarga, Nadiem tumbuh dalam lingkungan yang menekankan pentingnya pendidikan dan kemandirian.

Setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di Jakarta, Nadiem melanjutkan jenjang SMA di Singapura. Ia kemudian meraih gelar Sarjana (BA) di bidang Hubungan Internasional dari Brown University, Amerika Serikat. Semasa kuliah, ia juga sempat mengikuti program pertukaran pelajar di London School of Economics.

Tak berhenti sampai di sana, Nadiem kembali mengejar pendidikan tinggi di Harvard Business School dan lulus dengan gelar MBA (Master of Business Administration), mengikuti jejak ayahnya sebagai alumnus salah satu institusi pendidikan paling bergengsi di dunia.

Karier profesional dan lahirnya Gojek

Sebelum dikenal sebagai pengusaha di bidang teknologi, Nadiem sempat bekerja sebagai konsultan manajemen di McKinsey & Company selama tiga tahun. Ia juga menjabat sebagai Co-founder dan Managing Editor di Zalora Indonesia serta Chief Innovation Officer di Kartuku, perusahaan penyedia layanan pembayaran digital.

Titik balik dalam karier Nadiem terjadi ketika ia mengalami kemacetan parah di Jakarta. Dari situ, lahirlah ide untuk mendirikan Gojek, sebuah platform layanan transportasi berbasis aplikasi yang bertujuan menyederhanakan pemesanan ojek di tahun 2011. 

Nadiem memberanikan diri keluar dari zona nyaman dan merintis Gojek yang awalnya hanya berupa layanan call center dengan 20 pengemudi ojek. Namun dengan sentuhan teknologi dan strategi bisnis yang ia kembangkan, Gojek tumbuh pesat hingga menjadi startup unicorn pertama di Indonesia.

Kini, Gojek telah menjelma menjadi ekosistem layanan digital dengan berbagai fitur seperti Go-Ride, Go-Food, Go-Send, Go-Clean, hingga Go-Med. Perusahaan ini juga berhasil melakukan merger dengan Tokopedia, membentuk entitas baru bernama GoTo.

Mulai memasuki pemerintah serta luncurkan “Merdeka Belajar”

Langkah besar kembali diambil Nadiem pada tahun 2019. Ia memutuskan mundur dari Gojek setelah hampir 10 tahun untuk menerima tawaran sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di era Presiden Joko Widodo pada Kabinet Indonesia Maju. Dalam konferensi pers di Istana Negara pada 23 Oktober 2019, Nadiem kala itu menilai bahwa masa depan Indonesia sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan dan generasi mudanya.  

“Saya akan mencoba menyambungkan apa yang dilakukan di institusi pendidikan dengan apa yang dibutuhkan di luar institusi pendidikan agar bisa adaptasi dengan segala perubahan,” kata Nadiem dalam pidatonya saat pelantikan.

Selama menjabat, Nadiem dikenal dengan kebijakan Merdeka Belajar yang membawa pendekatan baru dalam dunia pendidikan, baik di jenjang dasar hingga perguruan tinggi. Ia juga mendorong digitalisasi pendidikan dan memperluas akses teknologi ke berbagai wilayah Indonesia.

Beberapa program unggulan lainnya adalah Kampus Merdeka, peningkatan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah), hingga digitalisasi kurikulum berbasis teknologi dan pembelajaran daring.

Nadiem Makarim terseret kasus Chromebook

Sorotan terhadap Nadiem Makarim meningkat tajam setelah Kejaksaan Agung mengungkap dugaan korupsi dalam proyek pengadaan laptop Chromebook senilai Rp9,3 triliun di Kemendikbudristek. Empat orang telah ditetapkan sebagai tersangka, termasuk Jurist Tan, mantan staf khusus Nadiem.

Penyelidikan menyebut perencanaan proyek sudah dibahas sejak Agustus 2019, bahkan sebelum Nadiem dilantik. Puncaknya, pada 6 Mei 2020, Nadiem disebut memimpin rapat virtual yang dihadiri sejumlah pejabat internal Kemendikbudristek, termasuk Direktur Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama, staf khusus, serta konsultan teknologi.

Dalam rapat itu, Nadiem dikabarkan memberikan arahan pengadaan perangkat TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) menggunakan sistem operasi Chrome OS. Instruksi tersebut kemudian dituangkan secara resmi dalam Peraturan Mendikbudristek Nomor 5 Tahun 2021.

Meskipun hingga kini Nadiem Makarim belum ditetapkan sebagai tersangka, penyebutan namanya dalam penyidikan kasus ini telah memicu perhatian publik. Dari sosok inovatif di dunia startup hingga tokoh pembaruan dalam sektor pendidikan, perjalanan Nadiem kini memasuki babak baru dalam sorotan proses hukum.

Editorial Team