Jakarta, FORTUNE - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, mengatakan pemerintah akan terus bersinergi dengan Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian perekonomian global.
Rupiah sejauh ini telah menembus level Rp16.000 sejak diperdagangkan usai libur panjang Lebaran, menyusul meningkatnya ketegangan di Timur Tengah dan kekhawatiran mengenai bertahannya suku bunga Fed dalam waktu lebih lama.
Pada Rabu (24/4) pagi, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta (JISDOR), naik 55 poin atau 0,34 persen menjadi Rp16.165 per US$ dari penutupan perdagangan sebelumnya sebesar Rp16.220 per US$.
“Ini harusnya kita bisa kerja sama dengan baik, antara fiskal dan moneter,” ujar Febrio dalam kegiatan halal bihalal di Kementerian Keuangan, Rabu (24/4).
Pada hari yang sama, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada bulan ini memutuskan untuk menaikkan Suku Bunga Acuan BI-Rate sebesar 25 basis poins (bps) menjadi 6,25 persen.
Suku bunga Deposit Facility pun mengalami kenaikan 25 bps menjadi 5,50 persen dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 7,00 persen.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyatakan kenaikan suku bunga ini ditujukan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak memburuknya risiko global, serta sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5±1 persen pada 2024.
Usai pengumuman tersebut, rupiah ditutup pada level Rp16.115 per US$ atau menguat 65 basis poin pada akhir perdagangan Rabu sore.