Jakarta, FORTUNE - Sejumlah Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) berencana membangun fasilitas Carbon Capture Storage (CCS) dan Cabon Capture Utilizitation Storage (CCUS) dalam rencana pengembangan lapangan migasnya.
ExxonMobil, misalnya, telah menggandeng PT Pertamina (Persero) untuk mengembangkan CCS dan CCUS—yang telah mereka mulai sejak 30 tahun lalu—di Indonesia.
"Ini merupakan solusi dari transisi energi dan di satu sisi peningkatan produksi migas yang masih menjadi kebutuhan negara di seluruh dunia," ujar Manager, Commercial Analysis, Business Development di ExxonMobil, Egon van der Hoeven, pada IOG Convention di Bali, Selasa (30/11).
Egon mengatakan perusahaannya memang tengah menyasar negara-negara di Asia untuk menjadi partner dalam pengembangan CCS dan CCUS. ExxonMobil bahkan berencana menganggarkan lebih dari US$50 miliar dalam enam tahun ke depan untuk berbagai inisiatif rendah karbon. "Kami melihat peluang dan tertarik untuk bekerja sama untuk CCS, rantai nilai hidrogen dan solusi energi," katanya.
Kendati begitu, Indonesia menurutnya punya keunggulan tersendiri karena memiliki potensi 5.000 metrik ton kapasitas CO2 yang bisa diolah kembali dalam reservoir.
"Karbon ini kemudian bisa menjadi potensi pengolahan selain bisa di-recycle untuk menjadi bahan baku juga bisa mengurangi emisi karbon. Di satu sisi, dengan memanfaatkan teknologi ini kita tetap bisa mempertahankan produksi migas," jelas Egon.
Dalam kesempatan sama, Presiden Direktur BP Berau Ltd, Nader Zaki, mengatakan pengembangan CCS dan CCUS menjadi bagian penting dalam industri hulu migas saat ini. Pasalnya, teknologi tersebut dapat menekan biaya mitigasi perubahan iklim melalui pajak atau pasar karbon.
Di sisi lain, KKKS juga tetap bisa menjaga kapasitas produksinya seiring dengan peningkatan kebutuhan energi di masyarakat.
"Kami berencana untuk membangun CCUS pertama di Indonesia. Dengan langkah ini kami menjawab dilema yang dihadapkan pada industri hulu migas saat ini, untuk meningkatkan produksi dan juga mengurangi emisi," ujar Nader.
Rencananya, proyek CCUS BP Berau akan memiliki kapasitas 4 metrik ton CO2 per tahun. Nantinya, melalui pabrik ini, CO2 yang dihasilkan oleh proses pengeboran diinjeksikan kembali ke reservoir. Kemudian, melalui teknologi EGR, perusahaan bisa mengubah emisi tersebut menjadi gas. Ia menaksir, BP bisa meningkatkan cadangan gas pada 2035 sebanyak 300 bcf dan naik menjadi 520 bcf pada 2045.
Hal serupa juga disampaikan Direktur Utama Medco E&P, Ronald Gunawan, dalam konferensi pers sehari setelahnya. "Untuk mencapai net zero di industri migas, CCS itu mungkin akan menjadi salah satu faktor penting jadi kita akan lihat case by case. Medco sendiri sudah deklarasikan bahwa kami akan mencapai net zero di 2050," katanya.