Jakarta, FORTUNE – Bandara Jenderal Besar Soedirman di Purbalingga yang baru saja diresmikan pada Juni 2021 berisiko setali tiga uang dengan nasib Bandara Kertajati, Jawa Barat yang saat ini sepi penerbangan. Hal itu tidak akan terjadi apabila perencanaan dan pembangunan infrastruktur tersebut memperhatikan perkembangan wilayah secara jangka panjang.
Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagyo menjelaskan dari sisi ketentuan, pembangunan bandara yang berlokasi di Purbalingga tersebut dinilai terlalu dekat dengan Bandara Tunggul Wulung di Cilacap. Adapun jarak diantara kedua bandara tersebut sekitar 62 kilometer. Belum lagi sudah terlalu banyak bandara di kawasan selatan Jawa lainnya yang juga berdekatan.
“Contoh ada (Bandara) Kertajati, seluruh airline disuruh terbang Kertajati, malah tidak ada yang naik. Itu harus jadi pelajaran yang diambil oleh pemerintah,” kata dia kepada Fortune Indonesia, Selasa (26/10).
Pembangunan bandara tersebut tentunya juga akan berkompetisi dengan moda darat dan kereta api. Melihat letak bandara berkode PWL tersebut Agus menilai maskapai pun tidak akan bertahan lama membuka rutenya lantaran sepinya penumpang.
Ia menilai, suatu bandara dapat dinilai berhasil atau tidak dibangun itu dari jumlah penumpangnya. Bisa saja, kata dia, pemerintah memerintah maskapai untuk melakukan penerbangan dari dan menuju Bandara JB Soedirman. Namun hal itu tidak akan bertahan lama, jika perekonomian di sekitarnya tidak ikut dibangun. “Kalau dipaksakan terbang paling hanya sebulan lalu rugi, siapa yang mau bayar?,” ujarnya.