Jakarta, FORTUNE - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tekanan inflasi pada semester II tahun ini akan meningkat dan turut mengerek proyeksi inflasi 2022 secara keseluruhan.
"Inflasi sedikit mengalami tekanan semester II di kisaran 3,5 persen-4,5 persen. Di di keseluruhan tahun ada dibdalam range 3,5 persen sampai 4,5 persen," ujarnya dalam rapat bersama Badan Anggaran DPR, Jumat (1/7).
Tekanan inflasi juga dikhawatirkan dapat menggerus proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di akhir tahun. Sebab, dua kontributor utama produk domestik bruto (PDB) Indonesia yakni konsumsi rumah tangga dan investasi sangat rentan dengan kenaikan harga-harga.
"Konsumsi masyarakat yang akan terus pulih namun harus kita lihat hati-hati karena kecenderungan inflasi bisa menggerus dukungan pertumbuhan konsumsi rumah tangga kita," tuturnya. "Juga dari sisi investasi, kemungkinan bisa tergerus kalau cost of fund (naik)!karena inflasi yang menyebabkan interest rate naik," imbuhnya.
Bahkan sejumlah lembaga internasional seperti Bank Dunia dan IMF juga telah menurunkan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Tahun ini menurut Bank Dunia proyeksinya ke 5,1 persen tahun ini agak sedikit menurun. Dan untuk IMF juga koreksi ke bawah di 5,4 persen," tuturnya.
Meski demikian, Sri Mulyani tetap optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun ini akan tetap berada pada kisaran 4,9 persen hingga 5,4 persen. "Tahun depan kedua institusi tersebut (Bank Dunia dan IMF) memprediksi ekonomi Indonesia lebih baik masing-masing 5,3 persen dan IMF 6,0 persen," jelasnya.