Sri Mulyani Sebut Perusahaan Keuangan Dominasi Kapitalisasi Pasar BEI

Jakarta, FORTUNE - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kapitalisasi pasar terbesar di pasar modal saat ini didominasi oleh perusahaan keuangan, yakni perbankan, serta telekomunikasi dan e-commerce. Aktivitas perusahaan-perusahaan tersebut memiliki keterkaitan erat dengan teknologi dan dunia digital sehingga melibatkan banyak sektor dan sumber daya.
"Top 5 dari perusahaan tersebut memiliki keterkaitan sangat erat dengan teknologi dan dunia digital Ekonomi digital tentu tidak hanya identik dengan perusahaan startup dan e-commerce, namun juga mencakup entitas yang sebelumnya sudah well establish dengan cara kerja konvensional dan sekarang beralih ke digital. Perbankan misalnya," ujarnya dalam Pembukaan Profesi Keuangan Expo 2022, Senin (10/10).
Hal ini, menurut Bendahara Negara, juga menggambarkan besarnya nilai ekonomi dari industri digital di Indonesia. Mengutip data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, tahun lalu nilai ekonomi industri digital nasional mencapai US$70 miliar, dan diprediksi akan mencapai US$100 miliar pada 2025.
Kenaikan nilai tersebut sejalan dengan perkembangan teknologi yang ia sebut tengah berada dalam fase revolusi industri jilid keempat--ditandai dengan big data, Internet of Things, dan artificial intelligence. "Kecanggihan teknologi IoT ada pada interkoneksi yang berkesinambungan antara alat elektronik dengan internet dan secara otomatis juga menjalankan program sesuai perintah yang diinginkan user," ucapnya.
Namun, ia mengingatkan bahwa teknologi digital tak hanya menghadirkan peluang dan membantu meningkatkan efisiensi serta kualitas, tetapi juga membawa potensi risiko besar, distorsi, dan disrupsi. Ia menyebut misalnya, risiko penyalahgunaan penggunaan big data, sehingga mensyaratkan adanya perlindungan yang memadai dan kuat terhadap privasi.
"Contoh lainnya potensi terkait overfitting. Dimana komputer mengambil keanehan dalam data yang tidak mewakili pola di dunia nyata. Atau bisa juga underfitting di mana model tidak cukup kompleks untuk menangkap pola yang ada dalam data dan realita," tuturnya.